Sunday, October 30, 2016

Me and My Sist

Artikel ini sebenarnya sudah terpikirkan dari tahun lalu, tapi baru selesai tercetus di penghujung tahun 2016.
Jangka waktunya hampir setahun juga. Ckck..

Dulu sepertinya kami tidak begitu akrab. Setelah agak dewasa, masing2 kuliah dan bekerja, barulah mulai sering berbagi cerita dan pemikiran.

Saya dan dia bisa dibilang ibarat matahari dan bulan. Bukan karena kami tak pernah muncul di saat bersamaan, tapi lebih kepada sifat kami yang berlawanan. Saya merasa bahwa saya lebih menyerupai matahari yang bersinar kuat dan dia bak rembulan yang bersinar lembut.

Di Pantai Pangandaran
Saya cenderung tomboi dan kurang memperhatikan penampilan luar, sementara dia cukup sering menguras dompet untuk membeli produk kecantikan, seperti kosmetik, pemutih kulit, penghilang jerawat dan bekas luka, serta produk pelangsing. Padahal dia sama sekali tidak gemuk..
Mungkin bawaan karena terlahir di bawah zodiak virgo, si gadis ayu nan feminin..

Acara resepsi kakak di Hotel Sunlake, Sunter
Saya seorang yang santai (gerakan agak lamban) dan fleksibel terhadap perubahan rencana, namun dia seorang yang sangat ketat pada peraturan dan waktu. Ada sedikit saja yang tidak berjalan sesuai dengan rencananya, maka ia akan merasa tertekan..

Tak ingat sedang event apa..

Sifat saya agak keras kepala dan tak suka diatur. Makanya di dalam keluarga sering berselisih paham dengan mama. Dialah yang menjadi penengah yang mendengarkan keluhan saya maupun celotehan mama.
Terlalu sering sabar hingga akhirnya cenderung jadi yang tertindas.
Sorry for that, sist..

Saat menghadiri pernikahan sepupu di Taiwan

Di bidang pendidikan pun berkebalikan. Nilai akademik saya lumayan bagus, tapi tak terlalu bergaul dengan teman2 (hanya sedikit yang dekat), dan si adik nilai akademik biasa saja, tapi lebih pandai bersosialisasi.
Lucunya, saya hampir menjomblo sepanjang hidup (hingga hampir usia 30th ini), dan dia hampir tak pernah vakum. Ada aja lawan jenis yang mendekat atau terlibat status pacaran dengannya..

Trip keluarga ke Bali
Terakhir soal makanan.. Saya omnivora dan dia lebih suka makan sayuran dan umbi2an. Bila ada sesuatu yang berbau dan susah dikunyah, maka akan di-blacklist dari menu makanan berikutnya.

* Baru sadar juga, tiap kali berfoto posisinya tak berubah, saya di kanan dan dia di kiri.. 
Yes, I always right. Haha.. (kumat keras kepalanya)

Jadi teringat lagu dari penyanyi Taiwan, A-Mei 張惠妹, berjudul 姊妹 (sisters).


Hm, last but not least, "妳是我的姊妹, 妳是我的 baby.."
loph you full..

© by WP
Drw 301016

Friday, October 28, 2016

[WHV] Shopkeeper di Kakadu - sub 2

Melanjut cerita sebelumnya..

Setelah perjalanan hampir 3 jam, kami pun tiba di lokasi toko.
Terdapat di daerah Oenpelli (Rd) dan bernama Gunbalanya Service Station. Serupa minimarket, menjual kebutuhan sehari2, makanan paket atau langsung jadi, pulsa dan di luarnya terdapat gas station (untuk menambah bahan bakar kendaraan bermotor, terutama mobil).
Yah, namanya juga satu2nya toko di pedalaman, jadi palu gada, apa lu mau, gw ada. Hehe..
tampak luar toko

Karena terletak jauh dari kota, maka karyawan mendapatkan fasilitas tempat tinggal (mess). Bentuknya seperti kontainer yang sudah dirombak dan disekat menjadi beberapa kamar.
Mess ini letaknya berseberangan dengan toko. Cukup berjalan kurang dari 1 menit.
tampak luar mess

Lingkungan tempat tinggal pun lumayan bagus. Terdapat pelataran hijau dan ada pavilion di sana..

Dan beginilah pemandangan yang terlihat dari arah mess..

Pekerjaannya tidak susah, hanya saja perlu tenaga lebih. Kita harus jeli melihat mana barang yang sering dibeli (fast moving item) dan segera mengisi kembali rak tsb (restock shelves). Memindahkan barang dari gudang ke area toko, membongkar kardus agar mudah dibuang dan didaur ulang, juga membersihkan area toko di akhir hari.
Saya juga diajarkan cara mengisi BBM dan membuat burger berisi bacon maupun dengan ekstra patty beef.
Lumayan buat tambah pengalaman..

Sayangnya, saya tak bertahan lama di sana.
Pada sore hari pembayaran upah, saya belum juga mendapatkan info TFN (Tax File Number, serupa NPWP di Indonesia), dan menurut pihak perusahaan (diwakilkan oleh bu bos), hal tsb ilegal dan bisa merugikan perusahaan (perusahaan yang ketauan merekrut karyawan yang tidak terdaftar pajak akan dikenakan denda cukup besar, demikian pula karyawan yang bersangkutan).
Setelahnya, saya coba menghubungi kakak saya di Adelaide karena saya menitipkan TFN di alamat rumahnya. Seminggu berlalu dari proses pengajuan dan seharusnya sudah bisa didapatkan. Benar lah, dan kemudian saya susulkan data tsb ke manajer toko.
Selama masa menunggu dikirimkan data TFN pun saya tak boleh bekerja di toko. Coba lihat betapa mereka sangat mematuhi peraturan (sebenarnya ada pertimbangan keselamatan kerja juga sih..)

Saya sempat berpikir untuk lanjut bekerja. Namun kemudian satu per satu kekurangan saya disebutkan: cara bekerja lambat/kurang gesit, tak bisa mengemudi mobil (ada kalanya kita perlu mengantar pulang customer yang berbelanja banyak dan tak bawa kendaraan), dan tak bisa tinggal lama/menetap (rencana saya hanya tinggal di Darwin beberapa bulan saja, kemungkinan 4 bulan).

Secara keseluruhan, dari segi hubungan dengan bos (si kumbang), lingkungan tinggal, konten pekerjaan, upah, keharusan berkomunikasi dengan penduduk sekitar tidaklah masalah. Namun akhirnya saya memilih mundur dari pekerjaan karena saya merasa bahwa kalaupun saya berusaha keras untuk menjadi lebih baik, bila yang (terlanjur) mereka lihat adalah kekurangan saya, maka apa yang saya kerjakan adalah percuma.

So, goodbye Kakadu..

© by WP
Drw 261116

[WHV] Shopkeeper di Kakadu - sub 1

Melanjut posting sebelumnya..

Pada siang hari tgl 24 Okt, saya dijemput si kumbang dan kami pun berangkat bersama menuju lokasi tokonya. Padahal beliau sedang dalam tahap penyembuhan dan tak diperbolehkan mengemudi mobil.
(Ybs mengaku bahwa ia seorang yang workaholic semenjak masih muda. Jadi masa penyembuhan selama 5 minggu cukup menyiksa dirinya)
Hm, lucky me, eh blessed me..

Sebelum menuju pedalaman, saya sempat ke rumah beliau untuk menitipkan satu koper persediaan baju musim dingin dan stok toiletries, sekalian beliau menikmati makan siang terlebih dahulu.

Pemandangan sepanjang jalan menuju Kakadu adalah pepohonan di kiri kanan, langit biru, serta jalanan aspal yang perlahan digantikan jalanan tanah merah (gravel road) dan pegunungan batu.


Lokasi toko berada di dalam kawasan Kakadu National Park, yang merupakan tempat wisata alam yang cukup terkenal di daerah NT (Northern Territory) Australia ini. Sayangnya, lokasi wisata dan toko terpisah jalur, sehingga saya hanya bisa memanfaatkan kesempatan untuk mengabadikan signature-nya saja.

Kemudian terlihat sign board nama jalan dan nama daerah, yang menandakan bahwa kami mulai memasuki area khusus pemukiman Aborigin.

Di tengah perjalanan, ada satu area yang mesti melintasi sungai. Bila musim penghujan tiba, maka jalan tsb akan ditutup dan pengunjung dialihkan ke jalur udara, menggunakan pesawat kecil yang memuat 3 orang penumpang.


Waktu saya berangkat, kondisi sungai masih aman terkendali, sedang tidak pasang dan jalanan hanya terendam sekitar beberapa cm saja. Namun pada saat saya keluar dari site (3 hari setelah tiba), jalanan terendam sekitar 10 cm dan saya melihat sekelompok turis di atas kapal kecil sedang berburu untuk melihat buaya. Dan memang ada!

Bila ingin berwisata di area NT terutama daerah berair, waspadalah, karena buaya bisa saja muncul di sekitar Anda. Yang penting perhatikan papan peringatan dan cobalah untuk tidak melanggar.

cerita selanjutnya, setiba di lokasi kerja serta fasilitas yang didapat.

© by WP
Drw 141116

[WHV] Shopkeeper di Kakadu

Artikel kali ini menceritakan pengalaman singkat bekerja di satu area pedalaman yang dihuni oleh penduduk asli Australia (dikenal dengan sebutan suku Aborigin) selama 3 hari sebagai karyawan toko, istilah kerennya shopkeeper.
Peluang ini tidak sengaja saya dapat karena kebetulan saya tinggal dengan seorang gadis Taiwan yang bekerja sambilan menjadi juru pijat (massage therapist) dan mempunyai pasien seorang pengusaha, tak lain tak bukan adalah bos saya nantinya. sebut saja 'si kumbang'..

sepotong pemandangan di pemukiman

Beberapa hari sebelumnya saya sempat mencari pekerjaan ke sana ke sini, berjalan di daerah perkotaan, dan kemudian menyerahkan CV/resume di beberapa tempat yang diinginkan/sudah diincar. Kurang lebih ada 15 lembar resume yang sudah saya berikan ke pihak luar.
Kebanyakan yang saya incar adalah sebagai waitress/pramuwisma dan kitchen hand. Kebetulan (lagi), saat saya kuliah dulu pernah bekerja sampingan di beberapa restoran dan punya dasar bekerja di bidang F&B. Kategori lain yang saya cari adalah housekeeping di hotel (tak sama dengan room service lho ya..).

Pada hari Senin siang itu, si kumbang menelepon teman saya dan mengatakan ia butuh tenaga baru.
Sepertinya karena si manager toko akan mengakhiri masa kerja dan kembali ke negara asalnya.
Teman saya akhirnya menawarkan pekerjaan itu kepada saya.
Tak lama kemudian saya menghubungi si kumbang. Di luar dugaan, beliau langsung menghampiri tempat tinggal saya dan kami sempat mengobrol beberapa saat. Beliau pun berbaik hati memberikan kesempatan bekerja pada saya.

Kisah perjalanan menuju lokasi kerja..
Kisah tentang pekerjaan (termasuk fasilitas yang didapat, pemandangan sekitar, dan hal2 yang dikerjakan)

Singkat cerita, karena saya merasa mereka terlalu berlebihan (istilah gaulnya = 'too much drama'), ditambah saya mengakui kekurangan saya dalam hal kecekatan bekerja, dan lagi sikap manager yang menurut saya tidak bersahabat, akhirnya saya memilih untuk mengakhiri masa percobaan di sana.

Hanya berharap bisa segera menemukan pekerjaan baru sekembalinya ke kota nanti.

© by WP
Drw 141116

Monday, October 17, 2016

Kupu-kupu

Kupu-kupu cantik, kupu-kupu malang..
Adakah kau galau bimbang?
Tahukah kau jalan tuk pulang?

Kau terus berkepak tak tentu arah,
tak pernah rasakan hangatnya rumah
Sanak dan keluarga terpencar belah,
hanya sepi yang menyapamu ramah


Kupu-kupu cantik, kupu-kupu sayang..
Hiaskan fana dengan sayap yang belang,
cipta nuansa penuh kasih, damai dan riang 

Sampai tiba saat kau lelah,
hinggap sejenak dan istirahatlah
Siapkan raga teguh melangkah,
menyeka ragu menembus risalah..

* posting yang tertunda entah berapa tahun lamanya..

© by WP
DRW 17102016

Sunday, October 16, 2016

[WHV] Perdana di alam terbuka NT

Sebelum berhasil mendapatkan WHV, saya banyak meraup informasi dari grup di salah satu media sosial dan aplikasi chatting.
Menjelang keberangkatan ke negeri kangguru, dalam grup chat ada yang mengajak jalan2 ke wisata alam di NT. Karena jadwal ketibaan saya adalah hari Minggu subuh menjelang pagi, maka saya pun mengajukan diri untuk ikut serta dalam perjalanan tsb.
Setiba di Darwin, saya dijemput oleh salah satu rekan berinisial YD, mampir dan numpang mandi di rumah MK, lalu menjemput rekan lain, WT dan RD. Total peserta trip kali ini adalah 5 orang sesuai kapasitas mobil, tiga perempuan dan dua laki-laki.

Spot pertama yang kami kunjungi adalah Territory Wildlife Park.
Signage di bagian dalam lokasi wisata
Selaras dengan nama, kondisinya memang mirip dengan alam liar. Habitat dijaga tetap alami, sehingga yang tampak adalah pemandangan hutan di kanan kiri, dan yang merupakan pugaran adalah jalan raya, jembatan titian, dan shelter/halte.
jalan2 di hutan ditemani genangan sungai
please meet wallabies, adik kecil dari kangguru

Tempat ini mempunyai rute jalan setapak menghubungkan beberapa area di dalamnya, sehingga pengunjung bisa berjalan mengitari keseluruhan taman.
Salah satu bagiannya adalah danau dan hutan beserta kawanan unggas..

Beberapa tempat lain adalah ruangan untuk hewan malam (nocturnal animal), kolam pasir di mana kita bisa melihat ikan pari raksasa, danau dengan pelikan dan buaya cilik, konservasi beberapa jenis burung, akuarium, dsb.
Di dalam ruang akuarium, saya melihat sesuatu yang unik, yaitu kumpulan kerajinan tangan dari benang wol yang dibentuk/disusun menyerupai terumbu karang dan ditempel di papan pada dinding.
Kerajinan ini merupakan hasil karya dari kegiatan sosial lho.. Ini juga yang membuatnya bernilai lebih di mata saya.

Setelah itu, kami beranjak ke Berry Springs Nature Park.
Inilah permandian alam dengan kawasan piknik di luarnya. Jadi para pengunjung bisa bersantai dan mengisi perut terlebih dahulu sebelum menikmati segarnya air sungai di sana.
salah satu kelebihan di Australia adalah ada beberapa tempat wisata terbuka yang menyediakan tungku untuk barbeque..

bekal makan siang kami
Setelah bersantap, kami pun siap menceburkan diri (sebenarnya hanya saya dan YD yang berenang, sisa tiga teman duduk di pinggiran kolam)
upper pool, jernih dan dangkal
daerah penghubung upper dan lower pool

lower pool, lebih luas, berwarna biru kehijauan, dan dasar kolam tak terlihat
Setelah puas berenang dan menikmati alam, kami pun bergegas pulang ke kota.

Berikut video yang dibuat oleh salah satu rekan WHV..
(bunch of thanks to YD)

Cerita sebelumnya, ketibaan di Darwin

© by WP
Drw 271116

[WHV] Dan Perjalanan Dimulai..

Kisah petualangan di negeri kangguru dimulai dengan cerita keberangkatan dari bandara Soekarno Hatta sampai dengan bandara tujuan di kota Darwin.
Jadwal penerbangan adalah tanggal 15 Oktober 2016, dan baru disadari kemudian ternyata jamnya menunjukkan angka 15.10. Kebetulan banget ya?

Karena dulu pernah ketinggalan pesawat, maka kali ini sengaja ke bandara lebih awal. Sambil menunggu waktu boarding, saya pun duduk santai di gerai kopi franchise SB..

Tak bisa dipungkiri, saya termasuk orang yang percaya bahwa ada kekuatan di luar manusia yang mengatur jalannya kehidupan ini. Karena itu, kadang saya suka mencari pertanda atau melihat suatu kebetulan untuk mendukung diri sendiri mengatakan, "Ya, inilah takdirku.."
Terlepas dari benar atau salah, paling tidak saya menjadi lebih yakin pada apa yang sedang atau akan saya kerjakan.

Seperti contoh berikut, saat sedang berada dalam pesawat, saya iseng membaca majalah dan menemukan artikel tentang Darwin di dalamnya. Seolah ini pertanda memang sanalah tujuan yang tepat untukku..

Langsung tergiur dengan suguhan pemandangan pantainya
Lumayan juga, jadi tau beberapa spot yang bisa dikunjungi setibanya di sana.

Salah satu potret kegiatan di Mindil Beach Market
Selang beberapa jam, pesawat yang saya tumpangi transit di negara tetangga, Singapura. Rutenya agak muter2 memang, tujuannya ke arah bawah, tapi mesti transit ke bagian atas (dari sudut pandang peta secara umum).

Sengaja saya memilih penerbangan dari Jakarta yang lebih awal agar bisa berjalan2 lebih lama di Changi Airport. Saya selalu senang berkeliling di sana karena dia memiliki indoor garden terindah yang pernah saya lihat.

Sepasang merak di antara pepohonan

Tampak atas salah satu taman bertema
Contoh kebetulan lainnya adalah melihat judul majalah di salon dalam hotel transit bandara yang sesuai dengan inisial nama saya.

Adalah WP, wanita perkasa..

Terpikir bahwa taman ini mungkin lebih indah di siang hari..
Perjalanan via udara pun berlanjut di tengah malam, hingga tiba di Darwin jam 5.30 subuh.
Proses pemeriksaan imigrasi agak terkendala karena foto di paspor berbeda dengan penampakan saya saat itu. Agak menyesal juga memangkas rambut terlalu pendek. Haha..
Kemudian sekalian juga saya tunjukkan SIM dan KTP, pokoknya segala ID card yang saya punya. Bahkan sempat juga ditanya apa yang saya kerjakan di Indonesia sebelum tiba di Australia, lalu apa yang terjadi setelah SMA. Mungkin jejak saya di Indonesia sempat hilang karena saya sempat menuntut ilmu di universitas di Taiwan.
Ada beberapa orang juga yang dicurigai dan ditahan di gerbang pemeriksaan. Saya jadi orang terakhir yang keluar di sana.
Yang sial lagi, abon yang saya bawa disita karena masih terlihat bentuk sayatan dagingnya. Si petugas mengatakan apabila abon dalam bentuk lebih halus seperti bubuk, maka tidak jadi masalah.
Direlakan sajalah..

Pemandangan luar bandara Darwin
Setelah menunggu sekian waktu, akhirnya datang juga kawan yang menjemput.
Yeay, bersiap menjelang hari baru di lahan orang (asing)!!

PS. ke belakangnya mungkin akan sering terjadi percampuran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam satu artikel. Belajar sok bule gitu deh.. Ha..

cerita sebelumnya, perjuangan meraih WHV
cerita berikutnya, trip pertama di Darwin

© by WP
Drw 301016

Friday, October 14, 2016

[WHV] Timeline Proses Pengajuan Visa

Setelah resign dari pekerjaan pada akhir Maret lalu, saya sempet mengasingkan diri sejenak di Medan dan sekitarnya. Kebetulan saya sudah lama tidak pulang kampung ortu saya, sehingga kesempatan ini lumayan pas untuk bertemu kangen dan berkenalan dengan beberapa keponakan..
Sekembalinya dari Medan di awal bulan Mei, mama saya mulai menanyakan apa yang mau saya lakukan.
Awalnya saya ingin menuntut ilmu lagi di bidang aromatherapy di Taiwan, tapi proposal tsb ditolak dengan alasan usia, prospek masa depan dsb, dan akhirnya saya ditawari untuk ikut program Work and Holiday Visa (disingkat WHV, alias visa bekerja dan berlibur).
Visa ini memperbolehkan si pengajunya untuk tinggal dan bekerja di Australia di negara bagian mana pun selama setahun. Kelebihannya dari Tourist visa adalah masa berlakunya yang lebih panjang, sehingga kita bisa lebih puas menjelajahi negeri kangguru. Sementara kelebihannya dibandingkan dengan Working visa adalah kita dapat mencari dan berpindah2 pekerjaan setibanya di sana, tak perlu repot mencari perusahaan yang berkenan mengeluarkan surat sponsor untuk syarat pengajuan visa kita.

Berikut uraian waktu proses pengajuan WHV saya:
- 12/05 baru mengumpulkan niat untuk mendaftar. Padahal sudah pernah diajak oleh teman pada tahun lalu, tapi baru kesampaian tahun ini
- 06/06 mendaftarkan diri untuk mengikuti tes kemahiran berbahasa Inggris, IELTS. Ada beberapa lembaga yang menyediakan paket kursus, pre-test, dan ujiannya sekaligus. Saya hanya ambil ujiannya di IDP, berbekal ingatan mata pelajaran bahasa Inggris jaman sekolah dulu, ditambah dengan buku persiapan tes IELTS yang dibeli di toko buku Mentari (kebetulan sedang diskon)
cover buku yang saya beli, sumber gambar : Google

- 25/06 hari ujian IELTS, berlokasi di satu sekolahan di daerah Pondok Indah. Tes listening, reading, writing di pagi-siang hari, dan tes speaking di malam hari bersama interviewer Wendy Bone dari IDP cabang Bandung.
- 27/06 ke kantor Bank Mandiri cabang Askrindo untuk mendapatkan surat referensi yang menyatakan kepemilikan dana persyaratan, yaitu senilai AUD 5000
- 13/07 mendaftarkan diri untuk wawancara dengan Ditjen Imigrasi demi mendapatkan surat pengantar/surat sponsor/surat rekomendasi pemerintah, atau disebut dengan SRPI
(sebenarnya sudah pernah mendaftarkan diri pada tanggal 06/06, pun sudah dapat jadwal wawancara tgl 20-an. Tapi karena persyaratan belum lengkap, maka ditangguhkan)
- 15/07 cek hasil ujian IELTS secara online
- 18/07 ambil sertifikat atau hasil ujian IELTS di kantor cabang
- 18/08 wawancara di Ditjen Imigrasi bersama ibu Delly.
Karena ada persyaratan (ijazah kuliah di Taiwan) yang harus diterjemahkan ke bahasa Inggris, maka dokumen baru dianggap lengkap setelah dokumen terjemahan disusulkan tgl 19/06 (terimakasih pada penerjemah tersumpah pak Philip Liwan Pangkey).
- 24/08 SRPI yang ditunggu tiba di kotak surel dengan selamat.. (padahal siangnya sempat berceloteh di page WHV Indonesia)
tampilan SRPI oleh Ditjen Imigrasi
 - 25/08 menuju ke Kuningan City, tepatnya kantor AVAC di lantai 2 untuk men-submit/lodge dokumen persyaratan WHV
tampilan counter AVAC
Setelah menyerahkan dokumen ke petugas, maka mereka akan memberikan satu berkas yang menyatakan penerimaan dokumen, sekaligus tata cara untuk follow up proses permohonan visa secara online
bukti penerimaan dokumen dari AVAC
- 26/08 membuat time-plan masa panen buah2an di Australia berdasarkan data dari website Agrilabour (karena minatnya adalah bekerja di bidang perkebunan/farming/harvesting)
- 30/08 menerima HAP ID via email (semacam surat panggilan untuk melakukan medical check up (MCU) di rumah sakit yang ditentukan
penampakan surat (HAP ID)
 - 31/08 saking bersemangatnya, langsung menuju ke RS Premier Jatinegara.
gedung RS Premier Jatinegara nan megah
Apesnya, berbarengan dengan insiden berdarah bulanan (padahal masih belum jadwalnya) sehingga harus menunggu sampai selesai periode ditambah 5 hari.
Karena HAP ID hanya berlaku selama 7 hari sejak diterbitkan, maka saya segera mengirimkan email ke pihak kedutaan untuk menginformasikan insiden tsb. Untungnya masih ada toleransi untuk kaum hawa..
- 10/09 menuju RS Premier Jatinegara untuk kedua kalinya, MCU bersama Dr. Jenly.
gelang identitas pasien
Proses pemeriksaan berjalan agak lama dan sempat terkendala karena hasil urine kurang bagus. Akhirnya banyak2 minum air dan mengulang tes urine.
(Si perawat mengatakan bila hasil tes urine yang kedua masih juga tidak bagus, maka saya harus menjalankan tes darah, yang berarti harus mengeluarkan biaya tambahan.
Untunglah tidak perlu, hehe..)
bukti pembayaran.. bonus gelas cantik
- 14/09 visa is granted!
Sempat heran karena ada salah seorang anggota grup chat yang mengatakan bahwa pengajuan visanya telah lolos padahal dia baru saja menjalankan MCU-nya kemarin di RS Premier Bintaro.
Saat saya iseng cek email, ternyata permohonan visa saya pun sudah lolos..
sebagian tampilan dari surat pemberitahuan lolos pengajuan visa
 ----

Penantian yang panjang setelah menganggur setengah tahun lamanya.
Semoga nantinya benar bisa menjadi kisah petualangan tak terlupakan dan berharap mendapatkan pelajaran baru setibanya di sana.

Beberapa referensi utuk memahami Australia dan WHV:
* website resmi pariwisata Australia di sini
bisa sekalian menguji kemampuan bahasa Inggris dan menemukan info ataupun tips and trik berlibur di negeri kangguru 
* website Departemen Imigrasi Australia yang membahas visa WHV (sub class 462) di sini
* page WHV Indonesia di FB, ada satu notes mengenai info dan FAQ seputar WHV di sini
* salah dua blog WHV Warrior yang membahas kisah bekerja dan perjalanan mereka : Irham Faridh dan Rijal Fahmi
* tambahan referensi : Efi Yanuar

cerita selanjutnya, perjalanan hingga ke negeri kangguru


© by WP
Drw 131116