Sunday, August 26, 2012

Bertukar Posisi

Satu lagi artikel terjemahan. Cocok dibaca oleh para suami yang merasa istri hanya bersantai di rumah. Juga oleh para istri yang merasa disepelekan oleh suami.

Please enjoy :D

Ada seorang lelaki yang sangat membenci rutinitasnya harus ke kantor setiap hari sementara istrinya seharian diam di rumah. Kemudian dia pun berdoa : ‘Tuhan yang kucinta, setiap hari saya bekerja mengorbankan waktu selama 8 jam, tetapi istri saya hanya berdiam diri di rumah, bersantai dan tidak melakukan apa2. Saya berharap dia mengerti bagaimana aktivitas saya sehari-hari, karenanya tolong tukarkan raga kami!’ 
Tuhan dengan kebijaksanaan tiada tara-Nya mengabulkan permintaan si laki2. 
Hari berikutnya, saat terbangun dari tidur, si laki2 sudah berubah menjadi seorang wanita. 

Sebangun tidur, dia mulai mempersiapkan sarapan untuk pasangannya, kemudian membangunkan anak2 yang enggan beranjak dari ranjang dan mengantarkan mereka ke sekolah. 
Dalam perjalanan pulang ke rumah, ia menitipkan sebagian cucian di laundry, ke bank menabungkan uang, berbelanja ke pasar, kemudian sesampai di rumah meletakkan belanjaan dan membuat perincian keuangan. 
Setelah menghitung uang, ia membersihkan kotak pasir kucing, kemudian memandikan anjing.
Waktu menunjukkan pukul 1 siang, ia dengan cepat melipat selimut, mencuci baju, dan mengepel. Setelah memberi makan anjing dan kucingnya, ia bergegas ke sekolahan menjemput anak2, kemudian sepanjang perjalanan pulang harus beradu mulut dengan anak2 yang semakin lama semakin kurang ajar itu. 
Setiba di rumah, ia harus mempersiapkan kudapan dan susu untuk anak2, mengawasi mereka mengerjakan PR, mempersiapkan setrikaan, lalu menyetrika sambil menonton siaran ulang opera sabun di TV. 
Pukul 4 sore, ia mulai mengupas kentang, mencuci sayur kemudian membuat pie daging panggang dan salad, bersiap2 untuk makan malam. 
Setelah makan malam, si istri yang tidak tahu malu itu sepulang kerja, makan, lalu duduk di ruang tamu menonton pertandingan bola. Sementara itu dia sibuk membereskan dapur, mencuci piring, melipat baju yang telah dijemur, meninabobokan anak2. 
Jam 9 malam, ia sangat kelelahan, tapi khawatir dengan pekerjaan ini itu di siang hari masih banyak yang belum selesai dikerjakan. 
Tidak perduli lagi, ia segera naik ke ranjang ingin beristirahat. Pada saat itulah, si istri yang tidak ada kerjaan malah bersemangat ingin bersetubuh. Dia dengan terpaksa berakting seolah merasa senang. 

Tanpa bertujuan mengeluh, keesokan hari sebangun tidur, ia merapat ke pinggir ranjang berlutut, beruraikan air mata berkata pada Tuhan : ’Tuhan, aku tak tahu apa yang telah aku pikirkan sebelumnya. Sekarang saya tahu saya salah dan keterlaluan, iri kepada istri yang seharian di rumah. Kumohon, biarlah kami bertukar kembali’ 
Tuhan dengan kebijaksanaan tiada tara-Nya menjawab : ’anakKu, Saya sangat gembira kamu sudah belajar kearifan, Saya juga bersedia menukarkan kembali kalian berdua. Tetapi kamu masih harus menunggu 279 hari lagi. Karena.. 






Semalam kamu hamil’

Kisah di atas hanya fiktif belaka yang saya terjemahkan dari satu artikel yang saya baca di satu jejaring sosial. Bila ada kesamaan dengan kehidupan pernikahan Anda, pastilah tidak disengaja.

Pesan bagi para suami yang istrinya bekerja di rumah : tidak mudah menjadi seorang ibu rumah tangga. Perlakukanlah mereka dengan baik :D

Untuk para wanita yang berprofesi sebagai IRT : jangan rendah diri dengan status Anda. Walaupun tidak ada pemasukan, tidak ada jenjang karir, dan tidak ada surat referensi kerja, tapi pekerjaan yang Anda lakukan sangatlah berat dan sangat mulia.
Cheers! :D

HW25082012
© by WP

Thursday, August 23, 2012

? (tanda tanya)


Sekilas tentang film: sebuah drama percintaan yang mengangkat pluralisme agama dan ras di Indonesia.

Disutradai oleh Hanung Bramantyo, dibantu casting peran oleh istrinya Zaskia Adya Mecca (yang mendapatkan peran figuran di satu scene), dibintangi oleh Revalina S. Temat (sebagai Menuk atau Nuk), Reza Rahardian (Soleh), Rio Dewanto (Hendra alias Ping Hen) serta aktor senior Hengky Solaeman (Tan Kat Sun, Ayah Ping Hen).

Saya tertarik sekali untuk menulis resensi tentang film ini  (walau sudah menjadi draft tertunda selama beberapa bulan :p). Alasan paling utama, saya terlahir sebagai ras yang dianggap minoritas di Indonesia, yaitu chinese,menginginkan adanya kesetaraan, kerukunan, dan tak ada lagi diskriminasi.
Dalam film ’Tanya’, saya menemukan dua poin permasalahan sosial yang kerap terjadi di sekitar kita. Dan sebelum membaca kupasan saya berikut, harap sediakan kepala yang dingin dan hati yang lapang, karena tidak pernah tersirat dalam pikiran saya untuk menulis satu artikel yang dapat mengundang kericuhan.

Ready?

Go!

1.   Masalah ras dan agama
a.  Indahnya perbedaan
-  Satu frame yang menurut saya paling menyentuh dan sanggup mewakili poin ini adalah ketika ibu Ping Hen bersembahyang menancapkan hio, sementara Menuk membungkuk melakukan salah satu gerakan shalat. Tampak bagaimana dua penganut agama yang berbeda dapat berdampingan menjalankan ibadah mereka.
-  Rika, seorang ibu yang beragama Katolik menemani anaknya yang muslim untuk membaca doa sebelum makan. Dan pada saat Natal tiba, si anak membantu ibunya menghias pohon Natal yang dipasang di rumah mereka.

b.  Kontroversi perbedaan
-  Nuk seorang muslimah berjilbab bekerja di restoran Chinese food yang biasa diidentikkan dengan makanan tak halal. Ia tidak menggubris cibiran orang lain karena dia tahu bagaimana cara kerja di dapur restoran tsb.
-  Seorang muslim teman Rika mengalami konflik batin saat akan memutuskan untuk mengambil peran sebagai Yesus di drama Natal. Antara kebutuhan pemenuhan nafkah dan  identitasnya sebagai pemeluk agama Islam.

c. Toleransi beragama itu perlu
-  Nuk membantu ayah Ping Hen membagikan makanan paket untuk para pemeran drama Natal.
-  Pada awal menjalankan usaha restoran keluarga, demi memaksimalkan pemasukan, Ping Hen mengubah peraturan hanya libur Lebaran pada tanggal merah saja, sementara ayahnya dulu memberikan kelonggaran hingga hari kelima. Karena alasan inilah ia diserang karyawan dan keluarga yang protes. Si ayah kemudian terluka parah dan Ping Hen mengerti artinya peraturan yang dulu diterapkan si ayah dan makna toleransi di baliknya.

d. Yakinilah agama yang kau yakini, bukan sekadar mengikuti tradisi keluarga
-  Di akhir cerita, Ping Hen memilih untuk menganut agama Islam setelah ia membaca dan memahami buku rohani mengenai sifat2 ketuhanan Allah SWT yang pernah ia berikan kepada Nuk.
-  Ada pula Rika yang berpindah agama dari Islam ke Katolik, namun masih berpegang pada beberapa norma muslim.
                                                                    
Tanda tanya..
ungkapkan rasa di dada
Apakah menjadi beda,
maka bukan saudara?

2.   Masalah keluarga dan pernikahan
a.   Peran ibu sebagai suporter dan penengah dalam keluarga
Beberapa kali ibu Ping Hen menengahi pertengkaran antara Ping Hen dan ayahnya. Ia membujuk kedua belah pihak untuk mengalah dan saling mengerti posisi lawan.

b.  Masih kentalnya tradisi mewariskan usaha keluarga kepada anak lelaki.
Pada awalnya Ping Hen menolak untuk meneruskan usaha keluarga dan lebih senang meluangkan waktu dengan teman-temannya. Setelah si ayah sakit dan sekarat, barulah dia memenuhi keinginan orang tuanya tsb.

c.  Untuk menjaga keutuhan keluarga, harus ada komitmen dari seluruh anggota keluarga, terutama kepala keluarga dan pasangannya.

d.  Komunikasi itu penting dan sangat diperlukan ibarat jembatan di antara dua lembah terjal.
Ada satu adegan di mana Nuk dan suaminya berselisih. Karena sedang emosi, suami lantas berkata ’kamu ngga ngerti!’ dan kemudian melangkah pergi.
Seandainya si suami mau meluangkan waktu untuk berbicara dan menjelaskan secara baik duduk perkaranya, bukankah akan lebih baik?
Saya berpendapat bahwa komunikasi antara dua sejoli seharusnya lebih menitikberatkan kualitas daripada kuantitas.

Sebelum menikah, kata-katamu manis dan indah
Setelah menikah, penuh sinis dan amarah..

Menikah adalah tuk saling bagi
Tapi kini tiada sama lagi..
Terkadang nada ucapmu tinggi,
lalu kau membalik badan dan pergi..

"Pernikahan itu seperti naik perahu. Satu mengemudi dan satu menunjuk arah. Kalaupun tidak bisa dilakukan bersamaan, tapi boleh bergantian"

Grogol23082012
© by WP

* picture taken from https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjb9rZlUU2ALWkmVzYGErVa7WALY8bBKsD9gU9A1gZM6-wpMsTSRQ4x13jeD2s8xwZRJ13juR5rC4VMiZ0F5gIL8R5fCFAUcX6B5eX3E5kyBT4m0OTYidKdtP8JuLIDJxdG8Pa0ECU1Cww/s1600/tanya.jpg