Showing posts with label WHV. Show all posts
Showing posts with label WHV. Show all posts

Monday, March 11, 2019

Manly Beach, Here I Come!!

Sedari awal, saya menghindari untuk tinggal di kota yang padat penduduk, terutama Sydney. Tapi siapa sangka, saya malah mendarat di Manly, salah satu kota pantai dari sederetan Northern Beach di NSW (New South Wales, state di mana Sydney berada).
Bermula dari selesainya masa bakti saya (ciee, formal abis..) untuk melengkapi 88 hari kerja persyaratan mendapatkan second year visa, saya kemudian mencari next destination sekaligus apa yang bisa dikerjakan. Waktu itu saya iseng-iseng juga browsing lokasi gym atau lapangan untuk bermain voli di sekitar Darwin dan around Australia (one of my favourite sport), tak sengaja melintaslah iklan Volleyfest 2018 (ajang pertandingan voli pantai internasional) yang membutuhkan volunteer. Tanpa pikir panjang, saya kemudian mendaftarkan diri secara online. Setelah positif diterima oleh pihak panitia, saya lanjut cari tiket menuju Sydney dan tempat tinggal di Manly.
salah satu adegan pertandingan final di Volleyvest 2018

Tidak ingat bagaimana ceritanya, saya bisa mengetahui rute perjalanan menuju ke sana (most probably sih atas bantuan om Google maps).
Setibanya di bandara nasional Sydney, saya membeli kartu Opal (one for all transportation di NSW) via vending machine, naik MRT (serupa KRL di Indonesia) menuju ke station Circular Quay, lalu menyeberang ke Manly Beach menggunakan ferry.
pemandangan sesaat sebelum bersandar di pelabuhan Manly


Di atas ferry saya melihat ada beberapa orang berbicara dalam bahasa asing. Dari cara mereka berpakaian, saya menebak bahwa mereka bekerja di bidang perhotelan. Makanya saya agak tenang dengan kemungkinan saya bisa kembali bekerja sebagai HK untuk meneruskan hidup.
Setibanya di sana, saya langsung jatuh cinta dengan suasana pantainya, pemandangan laut dan ombak, semilir angin dan kicau burung (maklum, baru saja meninggalkan kota Darwin yang terkenal gersang dan memiliki iklim nyaris sama dengan Indonesia). Saat itu juga, saya memutuskan untuk extend tinggal di sana, dan berencana berkeliling mencoba mencari pekerjaan.

Sebenarnya jarak antara Manly Wharf ke hostel yang saya pesan, Manly Backpacker, tidak terlalu jauh, hanya sekitar 2-3 blok saja. Tapi barang bawaan sayalah (di foto kanan, tumpukan di sebelah kiri) yang bikin perjalanan terasa berat..

Serunya tinggal di hostel, kita bisa bertemu dengan backpackers/WHV holder dari beberapa negara berbeda, contohnya UK, Brazil, Argentina, Italia, US, dll. Lumayan juga buat berlatih bahasa Inggris dengan aksen-aksen ajaib. Ha..
Hostel tsb memiliki beberapa fasilitas antara lain ruang mandi dan toilet, laundry room, ruang komputer dan movie, pool table, living room, pantry dan dining room.

Ajang Volleyfest berlangsung selama 1 minggu. Dalam masa itulah saya mencoba metode sebar resume door-to-door. Dan bersyukurnya, saya tinggal di negara yang memiliki perpustakaan umum hampir di setiap kota, lengkap dengan fasilitas internet dan printer.

Ada beberapa toko pakaian yang memasang iklan mencari sales assistant di jendela etalase mereka, tapi berhubung saya sadar bahwa kemampuan komunikasi saya kurang baik, bukan tipe narasif, argumentatif, atau persuasif, saya melupakan peluang tsb. Pilihan kemudian jatuh ke hotel dan restoran2 sekitar. Agak susah mencari pekerjaan dengan wajah Asian seperti saya (oh yea, I do think local people here are a bit racist compare to those in Darwin), but I must be positive and keep on searching..

Beberapa pekerjaan yang pernah saya jalani adalah sebagai waitress di Izumi Japanese Restaurant (the longest I have here), junior sales assistant di Paul's Warehouse - Balgowlah, massage therapist di Real Chinese Massage - Manly dan Grace's Oasis Massage - Dee Why.
Sempat trial di restoran sebagai kitchen hand, tapi di-cut di hari itu juga. Saya pun merasa cara kerja saya agak pelan (belum pernah bekerja di dapur dan menggunakan dish washing machine) plus tinggi badan kurang memadai (perlu meletakkan kembali piring2 yang sudah dicuci ke rak yang posisinya agak tinggi). Agak sayang sih, soalnya manager-nya good looking and helping. Ha..

Berikut beberapa foto pemandangan sekitar Manly Beach:
1. Rona langit pantai kala siang dan senja..

2. Hiruk pikuk di pantai
Segerombolan orang
Sekawanan burung camar (seagulls)

3. Shelly Beach
 
Lokasi Shelly Beach bisa dijangkau dengan berjalan kaki sekitar 10-20 menit dari Manly Beach. Sesekali saya dan penghuni hostel lainnya bermain dan minum2 di sana (ssstt..)
Pernah juga (entah kesurupan apa) saya berenang di sana pada pagi hari. Padahal saat itu NSW sudah memasuki musim dingin. Lebih hebat lagi, ada beberapa orang lansia yang konon sudah biasa berenang bolak-balik dari Shelly-Manly di pagi hari.

4. Opera House different angle, time and weather..

Long story short, perjuangan mencari pekerjaan di Manly dan sekitarnya tidak berjalan baik, besar pasak daripada tiang. Dan karena itulah, saya memutuskan untuk berpindah ke destinasi selanjutnya, yaitu Canberra (ACT), karena lokasinya yang berdekatan dengan Sydney/NSW dan searah jarum jam di atas peta.

See you around!

Pesan : Jangan terpaku di satu tempat atau suatu hal terlalu lama, terutama pada saat kalian merasa sepertinya perjalanan tidak begitu mulus.

© by WP
SB Blok M 11032019

Sunday, March 10, 2019

Ngebolang ala WHV

Perjalanan Work and Holiday Visa (WHV) saya dimulai tanggal 15 October 2016 dan berakhir 16 Oktober 2018 (timeline pengajuan WHV bisa klik di sini, pengajuan 2nd year di sana). Selama 2 tahun tsb, saya sudah mengunjungi tiap state di Australia (jumlah total ada 8 states), kecuali Queensland. Masa tinggal paling lama adalah di Canberra, ibukota Australia, yang kepopulerannya ada di bawah Sydney dan Melbourne. Mungkin tergantung pada kepribadian masing2, apakah lebih suka keramaian atau lebih suka tempat yang agak sepi dan suasana alamnya masih terasa. 
Pada awalnya saya berniat untuk melakukan harvest trail, yaitu berpindah keliling Australia sesuai dengan musim panen yang ada. Kebetulan saya lulusan hortikultura (tanaman budidaya), maka saya berpikir ini bisa jadi kesempatan yang tepat untuk bekerja di bidang perkebunan, tanpa perlu khawatir dengan pemasukan yang rendah dan pandangan remeh dari orang awam (mengingat pekerjaan bertani dan bersawah jarang ditemukan di perkotaan di Indonesia). Udah niat banget, sampai bikin mapping setahun, bulan sekian sampai sekian ada panen apa di daerah mana dst.
Sayangnya, kenyataan tidak sejalan dengan rencana. Karena saya berbekal dua koper, satu hand carry, solo traveller, plus ngga bisa nyetir, jadi agak repot untuk berpindah-pindah lokasi seperti yang saya inginkan. Akhirnya saya lebih banyak mendekam di daerah perkotaan atau suburb, antara lain: Darwin-NT, Manly-NSW, Canberra-ACT, McIntyre-VIC, Narembeen-WA, dan Elizabeth Park-SA. Satu state lain yaitu Tasmania, sekedar untuk short trip selama seminggu. Sempat juga transit di Sydney, Melbourne, Perth, Adelaide untuk melihat2 suasana kota dan mengunjungi beberapa destinasi wisata.
Secara garis besar, masa tinggal di beberapa kota tsb adalah:
1. 16/10/16 - 14/03/17 Darwin
2. 15/03/17 - 09/07/17 Manly (bonus cerita jalan2 sekitar Sydney and suburbs)
3. 09/07/17 - 04/07/18 Canberra (diselingi dengan transit trip di Melbourne, travelling ke Tasmania dan volunteer di McIntyre)
4. 05/07/18 - 17/09/18 Perth dan Narembeen (serta trip di Fremantle dan Rottnest Island, escape trip ke Sydney and Canberra, again!)
5. 17/09/18 - 16/10/18 Elizabeth Park (dan Adelaide sekitarnya)

Pekerjaan yang saya lakoni kebanyakan di bidang hospitality, contohnya housekeeping di hotel (membenahi kamar check out dan atau stay over) dan juga pramusaji di restoran (istilah kerennya waiter/ress). Sempat ambil short course massage di Darwin, kemudian bekerja sebagai therapist di daerah Manly dan Dee Why. Pekerjaan lain adalah sebagai pekerja sukarela (volunteer) di sebuah ajang pertandingan voli pantai dan sebuah tempat penampungan hewan liar (wild life shelter).
Hampir semua pekerjaan di atas saya dapatkan karena menyebarkan resume/CV door to door. Sambil berjalan keliling kota mengenali area, sambil lihat-lihat mana perusahaan atau tempat usaha yang sekiranya sedang butuh pegawai. Lamaran yang saya ajukan via online (situs Gumtree, Indeed, Seek) malah banyak yang tidak berkelanjutan alias gugur. Mungkin saking banyaknya saingan pencari kerja.. Kebetulan saja, 2 pekerjaan volunteer tsb saya dapatkan dari iklan di FB.

Menurut saya pribadi, mumpung masih muda, ngga ada salahnya ambil kesempatan mengikuti WHV. Selain bisa melatih kemandirian, juga menambah rasa percaya diri, memperkuat mental, meningkatkan kemampuan berhitung dan membuat rencana, serta kemampuan bersosialisasi/berkomunikasi.
Saran saya, nikmati perjalanan selama WHV. Bukan hanya perjalanan traveling, namun juga perjalanan hidup sehari-harinya. Roda kehidupan terus bergulir, kadang kita di atas, kadang juga terpuruk di bawah. Jangan melulu terpatok dengan berapa banyak uang yang kamu peroleh, lihatlah pengalaman dan nilai hidup yang kamu dapat. Dan jangan terlalu sering membanding-bandingkan dengan rekan yang lain. Beda tujuan, beda gaya hidup. Ada yang ikut WHV untuk memperbaiki taraf hidupnya di kampung halaman, mati-matian bekerja siang malam untuk mengumpulkan uang (karena perbandingan gaji karyawan kantoran di Indonesia dan pegawai serabutan di Australia lumayan jauh), ada yang berniat meraba-raba sikon lokal sebelum akhirnya memutuskan untuk studi lebih lanjut, dan saya, lebih ke kesempatan untuk berpetualang dan mencoba kehidupan yang berbeda dari yang ada di negeri kita. Bisa ketemu jodoh mah bonus lah.. ha..

----
Sehubungan dengan tingginya tingkat pemberitaan/promosi tentang WHV (baik secara langsung atau tak langsung, sengaja atau tidak disengaja), maka makin banyak peminat dan proses visa (sampai dengan granted) makin mengulur. Tapi percayalah, semua penantian akan berbuah manis pada akhirnya..

Detail perjalanan dan pekerjaan di tiap daerah akan di-posting kemudian secara perlahan (so far baru terbit yang edisi Darwin-NT, Manly-NSW).
Harap bersabar dan mohon maklum..

© by WP
SB HW, 10032019

Tuesday, March 28, 2017

Second Year WHV

Pada tanggal 19 November 2016 (sebulan lebih setelah saya tiba di Australia) terbit kebijakan bahwa visa subclasss 462 (Work and Holiday Visa) sudah dapat mengajukan perpanjangan masa tinggal menjadi 2 tahun. Kabar ini jelas diterima dengan suka cita, terutama bagi yang senang travelling atau yang memang bertujuan meraup dolar sebanyak-banyaknya.
More time, more opportunity kan?

Bila pengajuan WHV tahun pertama menggunakan form 1208, maka WHV tahun kedua (selanjutnya disebut '2nd WHV') menggunakan form 1464.
Penjelasan (definisi), persyaratan dan form pengisian bisa dilihat/dibaca di https://www.border.gov.au/Forms/Documents/1464.pdf

Secara garis besar, syarat pengajuan 2nd WHV (462) adalah usia kurang dari 31 tahun, bekerja selama 88 hari di Australia bagian utara (Northern Australia) yang meliputi seluruh wilayah Northern Territory, juga sebagian Western Australia dan sebagian Queensland yang berada di atas garis Tropic of Capricorn (bila peta dilihat secara normal, dengan kutub utara di bagian atas..). Bidang usaha yang ditentukan yaitu agriculture & forestry (farming/perkebunan dan peternakan), hospitality & tourism (contohnya bekerja di hotel atau restoran), serta fisheries (penangkapan ikan termasuk pearling alias budi daya mutiara).
Agak berbeda dengan kembaran visa 417 (Working Holiday Visa) yang mengharuskan pemohon untuk bekerja di sektor pertanian namun bebas di mana saja di dalam Australia.

Proses pengajuan bisa dibagi menjadi dua jenis, yaitu off-shore dan on-shore.
Apabila pada grant notice letter WHV pertama ada condition yang menyatakan 'no further stay' maka mau tak mau kita harus meninggalkan tanah Ausie dan mengajukan permohonan dari Indonesia << off-shore.
Bila tak tercantum condition tersebut di atas, maka aman dan bisa langsung mengajukan permohonan extention selagi berada dalam negeri kangguru << on-shore.

Pengajuan permohonan bisa dilakukan via mail/post dan secara online.
Berhubung payslip saya dikirim via email, maka saya berpikir bahwa pengajuan online akan lebih mudah karena saya hanya perlu mengumpulkan/download semua payslip, kemudian menambah scan beberapa dokumen yang diperlukan.
Dokumen yang saya serahkan antara lain form 1464 yang telah diisi dan ditandatangani petinggi perusahaan tempat saya bekerja (boleh manager atau owner, tergantung skala bisnis), halaman identitas paspor, grant notice letter WHV pertama (sebagai pelengkap travel document), payslip, dan bank statement.

Proses pengajuan sbb:
1. Login ke website https://online.immi.gov.au/lusc/login
akan ada 16 pertanyaan meliputi identitas diri, kesehatan dan perilaku, pengalaman kerja, dsb.
Setelah selesai, barulah sampai ke halaman untuk melampirkan persyaratan.
Status : incomplete

2. tanggal 20 Maret, mengunduh semua payslip dari email.

Supaya payslip selama beberapa minggu bekerja bisa menjadi satu file saja, saya menggunakan fitur merge dari smallpdf.com. Bila file merge-nya terlalu besar, bisa di-compress dengan bantuan fitur dari ilovepdf.com.
Kenapa saya ngga lanjut pakai jasa smallpdf? Karena fitur compress sudah termasuk fitur premium alias harus bayar dan upgrade ke member pro or business.

Sambil menunggu juga bank statement dari Commonwealth..
Cara apply-nya, log in ke https://www.my.commbank.com.au/netbank/Logon/Logon.aspx
cari menu 'my account' lalu 'order statement' di bagian tab kanan, kemudian setting agar file tsb dikirimkan via email saja.

Setelah semua lampiran diunggah ke web immi Australia, maka status akan berubah menjadi ready to submit.

3. klik 'submit'
4. melakukan pembayaran untuk proses pengajuan 2nd WHV senilai AUD 440.
Karena pembayaran menggunakan kartu secara online, maka akan dikenakan biaya tambahan sebesar $4.31
5. terima tax invoice/receipt (proses ini selesai dengan sempurna di tanggal 21 Maret)
6. pada proses normal, ada tahapan untuk melakukan tes kesehatan atau medical check up (MCU).
Berhubung saya baru melakukan MCU saat pengajuan WHV pertama yang berarti kurang dari satu tahun lalu, maka saya cukup melampirkan nomor HAP ID dan menuliskan keterangan kapan tanggal MCU terakhir kali.
7. Visa granted tanggal 27 Maret (less than a week after submission)

---
Berikut beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan ke saya
Q: Visa pertamanya berlaku sampai kapan?
A: masih sampai pertengahan Oktober 2017

Q: Lalu masa berlaku 2nd WHV dihitung mulai tanggal berapa? Berlaku sampai kapan?
A: 2nd WHV berlaku sehari setelah WHV pertama expired. Dengan kata lain, masa tinggal di Australia adalah dua tahun semenjak pertama kali menginjakkan kaki di negeri ini.

Q: Sempat kerja apa di Darwin (NT)? Berapa lama?
A: Saya double-job, kerja housekeeping (hotel) dan sebagai pramusaji restoran.
secara rata-rata, bekerja di hotel seminggu 5 hari, 4-6 jam di pagi hari, dan di restoran kerja 3 hari selama 4-5 jam di akhir pekan. Totally worked in the hospitality industry for 4 months.

Q: Bagaimana cara menghitung 88 hari kerja persyaratan? 
A: Sebenernya belum ada peraturan resmi yang menuliskan secara gamblang bagaimana perhitungan hari kerja sebagai syarat untuk mengajukan permohonan 2nd WHV. 
Sempat beredar berita bahwa yang dipertimbangkan adalah besarnya upah yang diperoleh dalam jangka waktu seminggu. Nilai minimumnya adalah 38 jam (standar jumlah jam kerja per minggu) dikali dengan $17.70 = $672.60 before tax, akumulasi selama 13 minggu (setara 91 hari kalender).
Angka upah tsb tertera di dalam form 1464. 
Ada yang bilang lagi, itu mah buat pekerja full time, buat casual worker mesti tambah lagi 25%. 
Ah, ribet.. (memang dasarnya sifat saya agak ngeyel dan tak terlalu suka dengar 'kata orang').
Kemudian saya membuat tabel untuk mencatat dan memonitor jumlah jam kerja dalam seminggu serta upah yang saya terima. Beres kan?
Dalam form 1464, ditanyakan jumlah hari kerja sesungguhnya (actual number of days worked), saya isi dengan jumlah hari kerja (tanpa melihat jumlah jam kerja dalam satu hari) terhitung semenjak saya bekerja di perusahaan itu, bukan semenjak tanggal 19 November.
(Q) Lah kok gitu?
(A) ya karena saya bernaung di suatu perusahaan secara non-stop 4 bulan, saya menerima payslip semenjak saya mulai bekerja, dan manager ataupun owner pun sudah mengetahui dan menandatangani form 1464.
so, what's the problem? Saya toh ngga membuat informasi palsu..

Q: Bila berganti pekerjaan, apakah dihitung dari nol lagi?
A: Misalkan sempat kerja di farm (dengan gaji legal, bayar pajak) selama 15 hari (setara 3 minggu kerja dari hari Senin sampai Jumat tanpa jeda hari), lalu merasa ngga betah, pindah ke daerah kota dan bekerja di restoran. Maka jumlah hari kerja di resto akan digabungkan dengan jumlah hari kerja sebelumnya di farm.

---
Sekian, semoga bisa sedikit memberikan gambaran berapa lama Anda mesti bekerja untuk bisa memenuhi syarat mengejar 2nd WHV.
Selamat berjuang!!

© by WP
Manly 040417

Sunday, March 12, 2017

Debut Karir di Darwin III

LAIN-LAIN

Di artikel ini saya akan menceritakan beberapa potong pekerjaan saya yang berjalan singkat, juga beberapa sertifikat dan atau skill tambahan yang saya dapatkan selama berada di Darwin.

Pekerjaan tambahan
1. Sebagai penjaga stand makanan Thailand di dalam lokasi pasar Rapid Creek (1 hari, cash in hand)
Pekerjaan ini saya dapatkan karena kebetulan ada seorang teman yang berhalangan hadir untuk bekerja di hari itu.
Tugas saya adalah mengambil dan membungkus makanan sesuai yang ditunjuk pembeli, sekaligus menghitung dan menerima pembayaran. Di akhir hari, saya pun membantu mencuci perlengkapan dan membersihkan lokasi bekerja.

2. Sebagai tutor bahasa Indonesia (mengajar seminggu saja)
Ngga tanggung-tanggung, murid saya adalah beberapa staf AFMA, yaitu departemen yang mengawasi kebijakan tentang perikanan (bangga lho sempat bekerja untuk pemerintahan Autralia, walaupun secara tidak langsung), dengan level pemula dan yang sudah mempunyai dasar dan sedikit lancar berbahasa Indonesia.
Pekerjaan ini saya dapatkan secara tidak sengaja via online. Pengajuan job application di tanggal 11 November 2016, baru mendapatkan balasan seminggu kemudian. Karena berdekatan dengan perayaan Natal dan tahun baru, akhirnya proyek ini tertunda hingga Januari 2017.
Demi mempersiapkan bahan mengajar, saya sampai mencari referensi buku pengajaran bahasa Indonesia di perpustakaan, juga mencari artikel terkait kementerian perikanan dan kelautan Indonesia, termasuk kisah si menteri nyentrik, ibu Susi Pudjiastuti.

Sertifikat dan skill tambahan
1. Responsible Service of Alcohol (RSA)
Sertifikat ini dibutuhkan bila ingin bekerja di bidang Food and Beverage terutama sebagai bartender (menyajikan minuman beralkohol).

2. Responsible Service of Gambling (RSG/RCG)
Sertifikat ini dibutuhkan bila ingin bekerja di kasino atau gaming room, berkaitan dengan perjudian.

Untuk mendapatkan kedua sertifikat di atas, bisa memilih untuk menghadiri kelas dan mendengarkan material secara lisan, atau mengambil kursus secara online. Tidak sulit dan tidak memakan waktu lama, asalkan kemampuan bahasa Inggris melewati persyaratan WHV dan telaten membaca material. Bahkan boleh melihat slide presentasi pada saat mengerjakan soal tes (menyontek).
Kalau sedang beruntung, ada kalanya di website tersedia paket murah untuk kedua sertifikat tsb.
Dengan memiliki sertifikat di atas, diharapkan agar kita bisa memilah tamu yang (tidak) boleh/berhak memasuki premises (tempat usaha), mengetahui batas normal demi mencegah tamu dari kecanduan pada minuman keras dan atau perjudian, cara untuk menghindari keonaran yang mungkin terjadi, dsb.

3. Sertifikat Massage
Bermula dari kegemaran akan aromatherapy, akhirnya timbul keinginan untuk memadukannya dengan massage alias memijat, demi mencapai tujuan pemulihan kesehatan secara jiwa, raga dan spiritual.
Inipun secara tidak sengaja saya temui saat teman saya merasa tidak enak badan dan akhirnya kami harus turun dari bus agar dia bisa ke toilet sejenak (waktu itu perjalanan pulang dari Casuarina ke city). Sambil menunggu, saya berkeliling di area pertokoan Aralia market dan melihat papan iklan Kxar's 88. Saat membaca tulisan 'training', langsung saja saya masuk ke dalam untuk menanyakan detail harga dan jadwal pembelajaran.
Harganya memang agak tinggi, tapi kalau kita bertekad untuk menjadikannya sebagai profesi, alhasih nilai yang akan kembali akan jauh lebih banyak dari harga pendaftaran.
Lagipula tak ada salahnya berinvestasi pada diri sendiri dengan menambah ilmu yang berguna toh..

© by WP
Cbr 22072017

Debut karir di Darwin I

MASA PENCARIAN

Beberapa hari awal ketibaan di Darwin, saya masih belum begitu gencar mencari pekerjaan. Saya sengaja meluangkan waktu melakukan beberapa proses administrasi yang perlu untuk bertahan hidup (Lebay!). Misal beli nomor ponsel dan pengaturan fitur data, pembukaan rekening bank sekalian akun saver dan superannuation (untuk menampung dana pensiun), pengajuan TFN (Tax File Number, setara dengan NPWP di Indonesia) secara online, berkeliling kota mengenali rute dan daerah sekitarnya, serta edit-edit resume.

Resume versi pertama berupa gubahan dari hasil unduh CV online. Masih mencantumkan foto diri dan biodata di sisi atas halaman, serta pengalaman kerja kantoran selama di Indonesia (terutama Jakarta) dan  pengalaman kerja paruh waktu saat kuliah dulu di Taiwan (karena lebih relevan dengan apa yang mungkin akan saya kerjakan selama WHV, yaitu bidang hospitality).
Di periode awal ini (sekitar tanggal 19 sampai 23 Oktober), saya sempat drop resume di OAK cafe, Tramontana Restaurant, Telstra shop, Darwin Central Hotel di daerah city, bahkan sampai ke area Parap dan Winnelie (area pergudangan nan jauah di mato).
Pada masa inilah saya bertemu dengan restoran tempat pertama saya bekerja, Oka Teppanyaki dan bos baik hati 'si kumbang' yang lokasi kerjanya nun jauh di pedalaman Gunbalanya/Kakadu (baca kisahnya di sini).

Kemudian tanggal 28 Oktober hingga 3 November 2016, saya menjelajahi kota, menyebar resume ke cafe/coffee shop, restoran take away, hotel dan juga secara online. Di periode ini, saya bertemu dengan pekerjaan saya yang kedua tapi menempati posisi pendapatan pertama, yaitu Frontier Hotel (baru mulai bekerja seminggu kemudian karena sang supervisor sedang berlibur, belum sempat interview).

Tanggal 4 November 2016, karena baru awal diterima bekerja di restoran, maka shift yang diberikan masih sangat sedikit, hanya satu atau dua hari dalam seminggu. Agak khawatir pendapatan tidak mencukupi atau sewaktu-waktu didepak, akhirnya saya mencoba melamar pekerjaan via Agrilabour dan The Job Shop. Keduanya bergerak di bidang outsourcing perkebunan (hal yang sebenarnya ingin saya lakukan karena kebetulan saya lulusan hortikultur alias tanaman budi daya).
Faktor lain adalah karena saya sudah tiga minggu menganggur di Darwin, sudah hampir putus asa mencari pekerjaan. Tak disangka respon mereka cukup cepat. Dalam hari itu, saya mendapat telepon dari keduanya.

Namun entah kenapa, saya ragu untuk masuk ke pedalaman, dan memilih untuk tetap tinggal di pusat kota. Saya putuskan bahwa saya akan bekerja di kebun bila sampai dengan 1,5 bulan di Darwin masih tidak ada hasil.

Tanggal 11 November 2016, walaupun sudah mulai bekerja di hotel, tapi masih iseng mencari pekerjaan secara online. Beruntung sekali saya melihat ada iklan loker untuk mengajar bahasa Indonesia. Ha.. (kisahnya ada di sini)

Tanggal 16 November 2016, menelusuri sepanjang jalan Mitchell street (di mana pusat perbelanjaan, restoran, cafe, bar, hotel berkumpul), kemudian The Mall dan juga Nirvana (satu restoran dengan konsep live music, yang menarik saya untuk melamar di sana)

Tanggal 9 Desember 2016, mencoba melamar pekerjaan di Unwind Massage Shop di Parap.
Sebenarnya sudah tertarik untuk melamar dari awal ketibaan di Darwin. Tapi karena waktu itu tidak menemukan lokasinya (agak tersembunyi karena hanya terlihat pintu depan dan harus menaiki tangga untuk sampai di tempat prakteknya) maka urung melamar.
Kali ini setelah bertemu dengan owner dan berbincang sedikit, akhirnya saya memadamkan api untuk bekerja dan belajar massage sementara waktu. Beliau mengatakan bersedia menyalurkan ilmu, namun dengan syarat saya harus bekerja di sana minimal 6 bulan (padahal niat awal saya untuk WHV adalah berkeliling Australia setelah selang beberapa bulan, idealnya 3-4 bulan).

Seberapa kali masa perjuangan menyebar resume, sebanyak itulah perubahan format dan data dalam resume saya. Misal penghapusan daftar pekerjaan selama di Indonesia (karena yang dilihat dan dipertimbangkan oleh employer lokal adalah apa yang kamu dapatkan di Australia. Lulusan Harvard atau Cambridge, pengalaman bekerja selama 5 tahun di perusahaan bergengsi di Indonesia, itu cuma secuil saja. Yang terpenting bagaimana attitude dan kemauan untuk bekerja dan menerima ilmu baru), perubahan alamat tempat tinggal, penambahan pengalaman bekerja, serta skill dan atau sertifikat.
Dan setelah sekian lama ke sana kemari, akhirnya saya pasrah dan mensyukuri dua pekerjaan yang sudah saya miliki. Kisah double job saya bisa dibaca di sana..

Selain dua pekerjaan utama saya di restoran dan hotel, ada juga pekerjaan sampingan kecil (jangka waktu pendek) yang lumayan menambah pendapatan dan pengalaman. Baca kisahnya di situ..

Sekian cerita perjalanan saya selama di Darwin. Sampai jumpa di kota berikutnya yaa..
(jadi ingat iklan shampo yang mengadakan audisi keliling Indonesia, ha..)

© by WP
Cbr 22072017

Sunday, November 20, 2016

[WHV] Berkunjung ke Wisma Indonesia

Pada hari Minggu ku turut ayah ke kota..

Eh, salah..

Pada hari Minggu lalu tanggal 20 November 2016, konsul RI untuk area NT (berpusat di Darwin) yaitu bapak Andre Omer Siregar mengundang para perantauan dari Indonesia (baik yang menggunakan visa bekerja dan berlibur alias WHV atau visa pelajar) untuk makan malam bersama di rumah dinasnya, akrab disebut Wisma Indonesia.
tampak depan Wisma Indonesia, dengan ornamen burung garuda di samping pintu
Tujuan acara ini adalah untuk berkumpul (so pasti!), berkenalan dengan wajah-wajah baru sekaligus membina keakraban dan kekeluargaan di antara sesama warga negara Indonesia yang terdampar di Australia, terutama di kota Darwin.
Pak Andre berharap agar ke depannya, setiap muda-mudi yang baru tiba di Darwin dapat segera melaporkan diri di konsulat, agar pendataan lebih akurat dan dapat dibantu apabila ada masalah terkait visa, kondisi kerja, dsb.
bu Rika dan pak Andre, selaku konsul RI di Darwin
Di samping itu, beliau juga mendorong agar kaum hawa dapat bergabung dalam gerakan Dharma Wanita yang dipimpin oleh istrinya, ibu Rika Anindhita Siregar. Disampaikan pula bahwa dalam waktu dekat akan diadakan pagelaran busana batik (dan mungkin pentas seni) untuk memamerkan keindahan dan kekayaan tradisi dalam negeri.

Sebulan berlalu dari saat pertama kali menginjakkan kaki di negeri kangguru, rasanya acara makan malam ini telah menawarkan obat kangen pada cita rasa Nusantara. Daun singkong dimasak gulai, bakso, rendang, cendol dan lain-lainnya. Yumm..
ruang makan elegan dengan meja panjang, kondisi kosong
kondisi saat diisi manusia2 kelaparan

Pak konsul banyak menyampaikan harapannya pada generasi muda Indonesia, terutama kami yang telah berani mengambil keputusan untuk meninggalkan keluarga, teman-teman dan mungkin juga kehidupan nyaman yang dimiliki di Indonesia (istilah kerennya, berani keluar dari comfort zone) menuju ke kota antah berantah yang berhawa panas, kecil dan tidak seramai kota lainnya di Australia seperti Melbourne atau Sydney.
Beliau pun berpesan agar kami dapat membentuk suatu komunitas kecil yang solid. Walau di Darwin ini kalah bersaing dalam hal jumlah pendatang, namun kami bisa menjaga keharmonisan dan kekompakan.
siap2 ber-wefie ria
beginilah hasil fotonya

 Di penghujung acara, tak lupa mengabadikan momen bersama sebagian dari keluarga besar..
foto bersama

Pak Andre tergolong gaul dan eksis juga lho..
Terbukti dengan cetusan idenya untuk mengikuti gaya kekinian, mannequin challenge

Ucapan terimakasih ditujukan kepada :
- pak Andre, bu Rika dan anak-anaknya, yang telah menyediakan ruang dan waktu untuk jamuan makan malam
- Al Rifki yang menyebarkan undangan ke teman2 WHV Darwin untuk berpartisipasi di acara ini.
- staf konsulat RI yang telah menyambut kami dengan ramah.
Terimakasih terutama untuk seksi dokumentasi atas sumbangan foto dan videonya.
- asisten rumah tangga yang membantu mempersiapkan santapan, serta menjaga kebersihan dan kenyamanan di dalam wisma..

Sekian, sampai jumpa di lain kesempatan ya teman2.. 😀

Drw 011216
© by WP

Tuesday, November 1, 2016

Curcol Pengangguran


 Sudah lama tak kurasa tenang seperti ini..
Hanya suara burung, ombak, dan angin menemani.
Menatap ufuk di kejauhan,
serta riak air berkejaran.. 

 Dua minggu merantau di benua hijau
belum juga kutemukan pencaharian.
Walaupun muncul resah dan risau,
tapi ku coba terus bertahan.
Ku yakin garis sudah diatur,
hanya menunggu waktu berulur..

 

* tak sengaja menemukan pantai yang indah di dekat lokasi tempat tinggal

© by WP
Drw 311016

Bintang Harapan

Tengadah wajah menatap langit pekat..
Sepi tanpa rona bulan yang memikat,
ramai oleh cahaya bintang gemerlap..
Sejenak kuterdiam dan menitipkan harap,
"Aku ingin masuk dalam lubang kelinci itu.
Berpacu waktu menjamu tamu mengisi saku.
Bila ini bukan jalanku,
segera tibalah kans baru.."

* Ide setelah melanglang mencari pekerjaan dan kebetulan melihat satu coffee house bernama 'The Rabbit Hole'

© by WP
Drw 291016 

Friday, October 28, 2016

[WHV] Shopkeeper di Kakadu - sub 2

Melanjut cerita sebelumnya..

Setelah perjalanan hampir 3 jam, kami pun tiba di lokasi toko.
Terdapat di daerah Oenpelli (Rd) dan bernama Gunbalanya Service Station. Serupa minimarket, menjual kebutuhan sehari2, makanan paket atau langsung jadi, pulsa dan di luarnya terdapat gas station (untuk menambah bahan bakar kendaraan bermotor, terutama mobil).
Yah, namanya juga satu2nya toko di pedalaman, jadi palu gada, apa lu mau, gw ada. Hehe..
tampak luar toko

Karena terletak jauh dari kota, maka karyawan mendapatkan fasilitas tempat tinggal (mess). Bentuknya seperti kontainer yang sudah dirombak dan disekat menjadi beberapa kamar.
Mess ini letaknya berseberangan dengan toko. Cukup berjalan kurang dari 1 menit.
tampak luar mess

Lingkungan tempat tinggal pun lumayan bagus. Terdapat pelataran hijau dan ada pavilion di sana..

Dan beginilah pemandangan yang terlihat dari arah mess..

Pekerjaannya tidak susah, hanya saja perlu tenaga lebih. Kita harus jeli melihat mana barang yang sering dibeli (fast moving item) dan segera mengisi kembali rak tsb (restock shelves). Memindahkan barang dari gudang ke area toko, membongkar kardus agar mudah dibuang dan didaur ulang, juga membersihkan area toko di akhir hari.
Saya juga diajarkan cara mengisi BBM dan membuat burger berisi bacon maupun dengan ekstra patty beef.
Lumayan buat tambah pengalaman..

Sayangnya, saya tak bertahan lama di sana.
Pada sore hari pembayaran upah, saya belum juga mendapatkan info TFN (Tax File Number, serupa NPWP di Indonesia), dan menurut pihak perusahaan (diwakilkan oleh bu bos), hal tsb ilegal dan bisa merugikan perusahaan (perusahaan yang ketauan merekrut karyawan yang tidak terdaftar pajak akan dikenakan denda cukup besar, demikian pula karyawan yang bersangkutan).
Setelahnya, saya coba menghubungi kakak saya di Adelaide karena saya menitipkan TFN di alamat rumahnya. Seminggu berlalu dari proses pengajuan dan seharusnya sudah bisa didapatkan. Benar lah, dan kemudian saya susulkan data tsb ke manajer toko.
Selama masa menunggu dikirimkan data TFN pun saya tak boleh bekerja di toko. Coba lihat betapa mereka sangat mematuhi peraturan (sebenarnya ada pertimbangan keselamatan kerja juga sih..)

Saya sempat berpikir untuk lanjut bekerja. Namun kemudian satu per satu kekurangan saya disebutkan: cara bekerja lambat/kurang gesit, tak bisa mengemudi mobil (ada kalanya kita perlu mengantar pulang customer yang berbelanja banyak dan tak bawa kendaraan), dan tak bisa tinggal lama/menetap (rencana saya hanya tinggal di Darwin beberapa bulan saja, kemungkinan 4 bulan).

Secara keseluruhan, dari segi hubungan dengan bos (si kumbang), lingkungan tinggal, konten pekerjaan, upah, keharusan berkomunikasi dengan penduduk sekitar tidaklah masalah. Namun akhirnya saya memilih mundur dari pekerjaan karena saya merasa bahwa kalaupun saya berusaha keras untuk menjadi lebih baik, bila yang (terlanjur) mereka lihat adalah kekurangan saya, maka apa yang saya kerjakan adalah percuma.

So, goodbye Kakadu..

© by WP
Drw 261116

[WHV] Shopkeeper di Kakadu - sub 1

Melanjut posting sebelumnya..

Pada siang hari tgl 24 Okt, saya dijemput si kumbang dan kami pun berangkat bersama menuju lokasi tokonya. Padahal beliau sedang dalam tahap penyembuhan dan tak diperbolehkan mengemudi mobil.
(Ybs mengaku bahwa ia seorang yang workaholic semenjak masih muda. Jadi masa penyembuhan selama 5 minggu cukup menyiksa dirinya)
Hm, lucky me, eh blessed me..

Sebelum menuju pedalaman, saya sempat ke rumah beliau untuk menitipkan satu koper persediaan baju musim dingin dan stok toiletries, sekalian beliau menikmati makan siang terlebih dahulu.

Pemandangan sepanjang jalan menuju Kakadu adalah pepohonan di kiri kanan, langit biru, serta jalanan aspal yang perlahan digantikan jalanan tanah merah (gravel road) dan pegunungan batu.


Lokasi toko berada di dalam kawasan Kakadu National Park, yang merupakan tempat wisata alam yang cukup terkenal di daerah NT (Northern Territory) Australia ini. Sayangnya, lokasi wisata dan toko terpisah jalur, sehingga saya hanya bisa memanfaatkan kesempatan untuk mengabadikan signature-nya saja.

Kemudian terlihat sign board nama jalan dan nama daerah, yang menandakan bahwa kami mulai memasuki area khusus pemukiman Aborigin.

Di tengah perjalanan, ada satu area yang mesti melintasi sungai. Bila musim penghujan tiba, maka jalan tsb akan ditutup dan pengunjung dialihkan ke jalur udara, menggunakan pesawat kecil yang memuat 3 orang penumpang.


Waktu saya berangkat, kondisi sungai masih aman terkendali, sedang tidak pasang dan jalanan hanya terendam sekitar beberapa cm saja. Namun pada saat saya keluar dari site (3 hari setelah tiba), jalanan terendam sekitar 10 cm dan saya melihat sekelompok turis di atas kapal kecil sedang berburu untuk melihat buaya. Dan memang ada!

Bila ingin berwisata di area NT terutama daerah berair, waspadalah, karena buaya bisa saja muncul di sekitar Anda. Yang penting perhatikan papan peringatan dan cobalah untuk tidak melanggar.

cerita selanjutnya, setiba di lokasi kerja serta fasilitas yang didapat.

© by WP
Drw 141116

[WHV] Shopkeeper di Kakadu

Artikel kali ini menceritakan pengalaman singkat bekerja di satu area pedalaman yang dihuni oleh penduduk asli Australia (dikenal dengan sebutan suku Aborigin) selama 3 hari sebagai karyawan toko, istilah kerennya shopkeeper.
Peluang ini tidak sengaja saya dapat karena kebetulan saya tinggal dengan seorang gadis Taiwan yang bekerja sambilan menjadi juru pijat (massage therapist) dan mempunyai pasien seorang pengusaha, tak lain tak bukan adalah bos saya nantinya. sebut saja 'si kumbang'..

sepotong pemandangan di pemukiman

Beberapa hari sebelumnya saya sempat mencari pekerjaan ke sana ke sini, berjalan di daerah perkotaan, dan kemudian menyerahkan CV/resume di beberapa tempat yang diinginkan/sudah diincar. Kurang lebih ada 15 lembar resume yang sudah saya berikan ke pihak luar.
Kebanyakan yang saya incar adalah sebagai waitress/pramuwisma dan kitchen hand. Kebetulan (lagi), saat saya kuliah dulu pernah bekerja sampingan di beberapa restoran dan punya dasar bekerja di bidang F&B. Kategori lain yang saya cari adalah housekeeping di hotel (tak sama dengan room service lho ya..).

Pada hari Senin siang itu, si kumbang menelepon teman saya dan mengatakan ia butuh tenaga baru.
Sepertinya karena si manager toko akan mengakhiri masa kerja dan kembali ke negara asalnya.
Teman saya akhirnya menawarkan pekerjaan itu kepada saya.
Tak lama kemudian saya menghubungi si kumbang. Di luar dugaan, beliau langsung menghampiri tempat tinggal saya dan kami sempat mengobrol beberapa saat. Beliau pun berbaik hati memberikan kesempatan bekerja pada saya.

Kisah perjalanan menuju lokasi kerja..
Kisah tentang pekerjaan (termasuk fasilitas yang didapat, pemandangan sekitar, dan hal2 yang dikerjakan)

Singkat cerita, karena saya merasa mereka terlalu berlebihan (istilah gaulnya = 'too much drama'), ditambah saya mengakui kekurangan saya dalam hal kecekatan bekerja, dan lagi sikap manager yang menurut saya tidak bersahabat, akhirnya saya memilih untuk mengakhiri masa percobaan di sana.

Hanya berharap bisa segera menemukan pekerjaan baru sekembalinya ke kota nanti.

© by WP
Drw 141116

Sunday, October 16, 2016

[WHV] Perdana di alam terbuka NT

Sebelum berhasil mendapatkan WHV, saya banyak meraup informasi dari grup di salah satu media sosial dan aplikasi chatting.
Menjelang keberangkatan ke negeri kangguru, dalam grup chat ada yang mengajak jalan2 ke wisata alam di NT. Karena jadwal ketibaan saya adalah hari Minggu subuh menjelang pagi, maka saya pun mengajukan diri untuk ikut serta dalam perjalanan tsb.
Setiba di Darwin, saya dijemput oleh salah satu rekan berinisial YD, mampir dan numpang mandi di rumah MK, lalu menjemput rekan lain, WT dan RD. Total peserta trip kali ini adalah 5 orang sesuai kapasitas mobil, tiga perempuan dan dua laki-laki.

Spot pertama yang kami kunjungi adalah Territory Wildlife Park.
Signage di bagian dalam lokasi wisata
Selaras dengan nama, kondisinya memang mirip dengan alam liar. Habitat dijaga tetap alami, sehingga yang tampak adalah pemandangan hutan di kanan kiri, dan yang merupakan pugaran adalah jalan raya, jembatan titian, dan shelter/halte.
jalan2 di hutan ditemani genangan sungai
please meet wallabies, adik kecil dari kangguru

Tempat ini mempunyai rute jalan setapak menghubungkan beberapa area di dalamnya, sehingga pengunjung bisa berjalan mengitari keseluruhan taman.
Salah satu bagiannya adalah danau dan hutan beserta kawanan unggas..

Beberapa tempat lain adalah ruangan untuk hewan malam (nocturnal animal), kolam pasir di mana kita bisa melihat ikan pari raksasa, danau dengan pelikan dan buaya cilik, konservasi beberapa jenis burung, akuarium, dsb.
Di dalam ruang akuarium, saya melihat sesuatu yang unik, yaitu kumpulan kerajinan tangan dari benang wol yang dibentuk/disusun menyerupai terumbu karang dan ditempel di papan pada dinding.
Kerajinan ini merupakan hasil karya dari kegiatan sosial lho.. Ini juga yang membuatnya bernilai lebih di mata saya.

Setelah itu, kami beranjak ke Berry Springs Nature Park.
Inilah permandian alam dengan kawasan piknik di luarnya. Jadi para pengunjung bisa bersantai dan mengisi perut terlebih dahulu sebelum menikmati segarnya air sungai di sana.
salah satu kelebihan di Australia adalah ada beberapa tempat wisata terbuka yang menyediakan tungku untuk barbeque..

bekal makan siang kami
Setelah bersantap, kami pun siap menceburkan diri (sebenarnya hanya saya dan YD yang berenang, sisa tiga teman duduk di pinggiran kolam)
upper pool, jernih dan dangkal
daerah penghubung upper dan lower pool

lower pool, lebih luas, berwarna biru kehijauan, dan dasar kolam tak terlihat
Setelah puas berenang dan menikmati alam, kami pun bergegas pulang ke kota.

Berikut video yang dibuat oleh salah satu rekan WHV..
(bunch of thanks to YD)

Cerita sebelumnya, ketibaan di Darwin

© by WP
Drw 271116