Showing posts with label Australia. Show all posts
Showing posts with label Australia. Show all posts

Sunday, March 10, 2019

Ngebolang ala WHV

Perjalanan Work and Holiday Visa (WHV) saya dimulai tanggal 15 October 2016 dan berakhir 16 Oktober 2018 (timeline pengajuan WHV bisa klik di sini, pengajuan 2nd year di sana). Selama 2 tahun tsb, saya sudah mengunjungi tiap state di Australia (jumlah total ada 8 states), kecuali Queensland. Masa tinggal paling lama adalah di Canberra, ibukota Australia, yang kepopulerannya ada di bawah Sydney dan Melbourne. Mungkin tergantung pada kepribadian masing2, apakah lebih suka keramaian atau lebih suka tempat yang agak sepi dan suasana alamnya masih terasa. 
Pada awalnya saya berniat untuk melakukan harvest trail, yaitu berpindah keliling Australia sesuai dengan musim panen yang ada. Kebetulan saya lulusan hortikultura (tanaman budidaya), maka saya berpikir ini bisa jadi kesempatan yang tepat untuk bekerja di bidang perkebunan, tanpa perlu khawatir dengan pemasukan yang rendah dan pandangan remeh dari orang awam (mengingat pekerjaan bertani dan bersawah jarang ditemukan di perkotaan di Indonesia). Udah niat banget, sampai bikin mapping setahun, bulan sekian sampai sekian ada panen apa di daerah mana dst.
Sayangnya, kenyataan tidak sejalan dengan rencana. Karena saya berbekal dua koper, satu hand carry, solo traveller, plus ngga bisa nyetir, jadi agak repot untuk berpindah-pindah lokasi seperti yang saya inginkan. Akhirnya saya lebih banyak mendekam di daerah perkotaan atau suburb, antara lain: Darwin-NT, Manly-NSW, Canberra-ACT, McIntyre-VIC, Narembeen-WA, dan Elizabeth Park-SA. Satu state lain yaitu Tasmania, sekedar untuk short trip selama seminggu. Sempat juga transit di Sydney, Melbourne, Perth, Adelaide untuk melihat2 suasana kota dan mengunjungi beberapa destinasi wisata.
Secara garis besar, masa tinggal di beberapa kota tsb adalah:
1. 16/10/16 - 14/03/17 Darwin
2. 15/03/17 - 09/07/17 Manly (bonus cerita jalan2 sekitar Sydney and suburbs)
3. 09/07/17 - 04/07/18 Canberra (diselingi dengan transit trip di Melbourne, travelling ke Tasmania dan volunteer di McIntyre)
4. 05/07/18 - 17/09/18 Perth dan Narembeen (serta trip di Fremantle dan Rottnest Island, escape trip ke Sydney and Canberra, again!)
5. 17/09/18 - 16/10/18 Elizabeth Park (dan Adelaide sekitarnya)

Pekerjaan yang saya lakoni kebanyakan di bidang hospitality, contohnya housekeeping di hotel (membenahi kamar check out dan atau stay over) dan juga pramusaji di restoran (istilah kerennya waiter/ress). Sempat ambil short course massage di Darwin, kemudian bekerja sebagai therapist di daerah Manly dan Dee Why. Pekerjaan lain adalah sebagai pekerja sukarela (volunteer) di sebuah ajang pertandingan voli pantai dan sebuah tempat penampungan hewan liar (wild life shelter).
Hampir semua pekerjaan di atas saya dapatkan karena menyebarkan resume/CV door to door. Sambil berjalan keliling kota mengenali area, sambil lihat-lihat mana perusahaan atau tempat usaha yang sekiranya sedang butuh pegawai. Lamaran yang saya ajukan via online (situs Gumtree, Indeed, Seek) malah banyak yang tidak berkelanjutan alias gugur. Mungkin saking banyaknya saingan pencari kerja.. Kebetulan saja, 2 pekerjaan volunteer tsb saya dapatkan dari iklan di FB.

Menurut saya pribadi, mumpung masih muda, ngga ada salahnya ambil kesempatan mengikuti WHV. Selain bisa melatih kemandirian, juga menambah rasa percaya diri, memperkuat mental, meningkatkan kemampuan berhitung dan membuat rencana, serta kemampuan bersosialisasi/berkomunikasi.
Saran saya, nikmati perjalanan selama WHV. Bukan hanya perjalanan traveling, namun juga perjalanan hidup sehari-harinya. Roda kehidupan terus bergulir, kadang kita di atas, kadang juga terpuruk di bawah. Jangan melulu terpatok dengan berapa banyak uang yang kamu peroleh, lihatlah pengalaman dan nilai hidup yang kamu dapat. Dan jangan terlalu sering membanding-bandingkan dengan rekan yang lain. Beda tujuan, beda gaya hidup. Ada yang ikut WHV untuk memperbaiki taraf hidupnya di kampung halaman, mati-matian bekerja siang malam untuk mengumpulkan uang (karena perbandingan gaji karyawan kantoran di Indonesia dan pegawai serabutan di Australia lumayan jauh), ada yang berniat meraba-raba sikon lokal sebelum akhirnya memutuskan untuk studi lebih lanjut, dan saya, lebih ke kesempatan untuk berpetualang dan mencoba kehidupan yang berbeda dari yang ada di negeri kita. Bisa ketemu jodoh mah bonus lah.. ha..

----
Sehubungan dengan tingginya tingkat pemberitaan/promosi tentang WHV (baik secara langsung atau tak langsung, sengaja atau tidak disengaja), maka makin banyak peminat dan proses visa (sampai dengan granted) makin mengulur. Tapi percayalah, semua penantian akan berbuah manis pada akhirnya..

Detail perjalanan dan pekerjaan di tiap daerah akan di-posting kemudian secara perlahan (so far baru terbit yang edisi Darwin-NT, Manly-NSW).
Harap bersabar dan mohon maklum..

© by WP
SB HW, 10032019

Friday, May 5, 2017

West vs East

Setelah setengah tahun lebih tinggal di Australia, saya menemukan/merasakan perbedaan dalam beberapa aspek kehidupan antara budaya barat (Western = W, dalam hal ini diwakilkan oleh Australia) dan budaya timur (Eastern = E, mewakili Asian, especially Indonesia), sebagai berikut:

- fisik atau perawakan
W : badan tinggi besar, rambut pirang, warna kornea mata beraneka (cokelat, biru, hijau, abu), mata besar seperti bola pingpong, hidung mancung, kulit putih cenderung merah dan (kebanyakan) berbintik
E : badan kecil mungil, rambut hitam, warna kornea gelap (cokelat hingga hitam), bentuk wajah biasa, kulit beragam dari kuning langsat, sawo matang, hitam legam..

- makanan dan minuman 
W : roti/ toast, burger, steak, chips (french fries), salad, wine, beer, kopi
E : nasi dan lauk pauk, jajanan kue dan gorengan, teh, kopi, jamu

- gaya berpakaian/fashion
W : sederhana, terbuka/minim (kadang terlihat belahan dada ataupun bagian punggung ke bawah)
E : cenderung lebih tertutup, maunya yang branded dan harga murah

- transportasi
W : teratur, ada halte tetap sehingga kendaraan umum tak sembarang naik turun penumpang (jika kita terlambat tiba di halte, walaupun bus baru bergerak 2 meter, kadang ada supir yang menolak untuk membukakan pintu)
E : tak beraturan, masih banyak kendaraan pribadi berseliweran. Proses pengajuan SIM bisa lewat agen, sehingga kadang ada saja pengemudi yang tak tau fungsi lampu sen dan arti rambu2.

- gaya hidup/tingkat konsumerisme, hiburan
W : beberapa public amenities (fasilitas umum, contoh taman bermain, alun2 kota, toilet) gratis, beberapa destinasi wisata tak memungut biaya karcis masuk atau parkir kendaraan. Acara TV kebanyakan social comedy atau acara talk show yang memotivasi
E : mementingkan prestis alias gengsi, cenderung suka berbelanja, sehingga mal atau pusat berbelanja menjamur di perkotaan. Acara TV dipenuhi dengan infotainment (acara gosip) dan sinetron, di mana ceritanya selalu tentang perseteruan dalam keluarga atau kisah cinta antara muda-mudi (lah, bagaimana anak SD tidak ikut2 pelukan dan ciuman di tempat umum?)
rasanya kangen dengan 'Keluarga Cemara', 'Lupus' atau 'Si Doel anak Sekolahan'

- sosialisasi
W : ramah, tak ragu menyapa atau memberi senyuman pada orang asing yang ditemui di jalan, berkomunikasi secara langsung dengan orang di sekitar, tak sering memegang HP dan perangkat telekomunikasi lainnya
E : lebih aktif menggunakan media sosial di dunia maya. makin banyak follower makin keren (bahkan sampai ada bisnis jual beli follower, duh!), saat berada di rumah makan, tak pelak check-in (post lokasi saat itu), update status, foto makanan dsb

- cara berpikir dan opini masyarakat
W : cenderung cuek, terbuka, menerima perbedaan (walaupun ada juga yang rasis, tapi jarang ditemui)
E : kritis berlebih (alias kepo), seringkali terpengaruh oleh pendapat orang-orang di sekitar, beranggapan bahwa mempunyai banyak uang/harta (kaya raya) sama dengan memiliki kuasa.

untuk dua poin di atas, kadang agak miris lihat kondisi di Indonesia saat ini..
Tentang seorang pemimpin yang tegas dan jujur namun dicekal sana sini, hanya karena beliau keturunan Tionghoa, beragama tidak sama dengan mayoritas penduduk Indonesia, walaupun Beliau bekerja GIAT dan JUJUR.
Juga dengan tokoh masyarakat yang lebih aktif menyampaikan pendapat mereka (dan atau curhat) di status media sosial yang berakhir perang status, serta artis sering memamerkan foto gaya hidup sehingga timbul kecemburuan sosial.

- pendidikan
W : tak pandang ras, status, usia, siapapun bisa mengenyam pendidikan (walau mungkin hanya kedok agar bisa mendapatkan ijin tinggal lebih lama)
E : sampai di usia tertentu, cenderung malu atau malas untuk menempuh pendidikan lebih lanjut

- cara mengasuh anak
W : anak punya hak untuk berbicara dan memilih apa yang mereka mau (berhubung saya bekerja sebagai pramusaji di restoran, tak jarang saya melihat sekeluarga dengan anak2nya, terkadang balita, dan mereka bisa mengobrol dan mendengarkan apa yang dikatakan si anak), tak dimanja, bebas beraktivitas dan berkreasi, tak khawatir anak bermain di ruang terbuka sampai baju kotor
E : orang tua selalu benar, bila tidak mengikuti nasehat orang tua berarti membangkang. Bila anak merajuk, maka akan diiming-imingi sesuatu, contoh membelikan makanan favorit atau mainan, anak sebaiknya duduk tenang dan bermain di dalam rumah, seringkali diberikan device (contoh smartphone, tab) sebagai sarana bermain

Sementara baru itu yang terpikirkan. Mungkin nanti terkilas lagi, atau barangkali ada yang mau menambahkan/menyumbang opini.
Tidak ada maksud untuk memuja negeri lain dan atau menjelekkan negeri sendiri.
Garuda masih di dadaku kok..

© by WP
Manly 05052017

Tuesday, March 28, 2017

Second Year WHV

Pada tanggal 19 November 2016 (sebulan lebih setelah saya tiba di Australia) terbit kebijakan bahwa visa subclasss 462 (Work and Holiday Visa) sudah dapat mengajukan perpanjangan masa tinggal menjadi 2 tahun. Kabar ini jelas diterima dengan suka cita, terutama bagi yang senang travelling atau yang memang bertujuan meraup dolar sebanyak-banyaknya.
More time, more opportunity kan?

Bila pengajuan WHV tahun pertama menggunakan form 1208, maka WHV tahun kedua (selanjutnya disebut '2nd WHV') menggunakan form 1464.
Penjelasan (definisi), persyaratan dan form pengisian bisa dilihat/dibaca di https://www.border.gov.au/Forms/Documents/1464.pdf

Secara garis besar, syarat pengajuan 2nd WHV (462) adalah usia kurang dari 31 tahun, bekerja selama 88 hari di Australia bagian utara (Northern Australia) yang meliputi seluruh wilayah Northern Territory, juga sebagian Western Australia dan sebagian Queensland yang berada di atas garis Tropic of Capricorn (bila peta dilihat secara normal, dengan kutub utara di bagian atas..). Bidang usaha yang ditentukan yaitu agriculture & forestry (farming/perkebunan dan peternakan), hospitality & tourism (contohnya bekerja di hotel atau restoran), serta fisheries (penangkapan ikan termasuk pearling alias budi daya mutiara).
Agak berbeda dengan kembaran visa 417 (Working Holiday Visa) yang mengharuskan pemohon untuk bekerja di sektor pertanian namun bebas di mana saja di dalam Australia.

Proses pengajuan bisa dibagi menjadi dua jenis, yaitu off-shore dan on-shore.
Apabila pada grant notice letter WHV pertama ada condition yang menyatakan 'no further stay' maka mau tak mau kita harus meninggalkan tanah Ausie dan mengajukan permohonan dari Indonesia << off-shore.
Bila tak tercantum condition tersebut di atas, maka aman dan bisa langsung mengajukan permohonan extention selagi berada dalam negeri kangguru << on-shore.

Pengajuan permohonan bisa dilakukan via mail/post dan secara online.
Berhubung payslip saya dikirim via email, maka saya berpikir bahwa pengajuan online akan lebih mudah karena saya hanya perlu mengumpulkan/download semua payslip, kemudian menambah scan beberapa dokumen yang diperlukan.
Dokumen yang saya serahkan antara lain form 1464 yang telah diisi dan ditandatangani petinggi perusahaan tempat saya bekerja (boleh manager atau owner, tergantung skala bisnis), halaman identitas paspor, grant notice letter WHV pertama (sebagai pelengkap travel document), payslip, dan bank statement.

Proses pengajuan sbb:
1. Login ke website https://online.immi.gov.au/lusc/login
akan ada 16 pertanyaan meliputi identitas diri, kesehatan dan perilaku, pengalaman kerja, dsb.
Setelah selesai, barulah sampai ke halaman untuk melampirkan persyaratan.
Status : incomplete

2. tanggal 20 Maret, mengunduh semua payslip dari email.

Supaya payslip selama beberapa minggu bekerja bisa menjadi satu file saja, saya menggunakan fitur merge dari smallpdf.com. Bila file merge-nya terlalu besar, bisa di-compress dengan bantuan fitur dari ilovepdf.com.
Kenapa saya ngga lanjut pakai jasa smallpdf? Karena fitur compress sudah termasuk fitur premium alias harus bayar dan upgrade ke member pro or business.

Sambil menunggu juga bank statement dari Commonwealth..
Cara apply-nya, log in ke https://www.my.commbank.com.au/netbank/Logon/Logon.aspx
cari menu 'my account' lalu 'order statement' di bagian tab kanan, kemudian setting agar file tsb dikirimkan via email saja.

Setelah semua lampiran diunggah ke web immi Australia, maka status akan berubah menjadi ready to submit.

3. klik 'submit'
4. melakukan pembayaran untuk proses pengajuan 2nd WHV senilai AUD 440.
Karena pembayaran menggunakan kartu secara online, maka akan dikenakan biaya tambahan sebesar $4.31
5. terima tax invoice/receipt (proses ini selesai dengan sempurna di tanggal 21 Maret)
6. pada proses normal, ada tahapan untuk melakukan tes kesehatan atau medical check up (MCU).
Berhubung saya baru melakukan MCU saat pengajuan WHV pertama yang berarti kurang dari satu tahun lalu, maka saya cukup melampirkan nomor HAP ID dan menuliskan keterangan kapan tanggal MCU terakhir kali.
7. Visa granted tanggal 27 Maret (less than a week after submission)

---
Berikut beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan ke saya
Q: Visa pertamanya berlaku sampai kapan?
A: masih sampai pertengahan Oktober 2017

Q: Lalu masa berlaku 2nd WHV dihitung mulai tanggal berapa? Berlaku sampai kapan?
A: 2nd WHV berlaku sehari setelah WHV pertama expired. Dengan kata lain, masa tinggal di Australia adalah dua tahun semenjak pertama kali menginjakkan kaki di negeri ini.

Q: Sempat kerja apa di Darwin (NT)? Berapa lama?
A: Saya double-job, kerja housekeeping (hotel) dan sebagai pramusaji restoran.
secara rata-rata, bekerja di hotel seminggu 5 hari, 4-6 jam di pagi hari, dan di restoran kerja 3 hari selama 4-5 jam di akhir pekan. Totally worked in the hospitality industry for 4 months.

Q: Bagaimana cara menghitung 88 hari kerja persyaratan? 
A: Sebenernya belum ada peraturan resmi yang menuliskan secara gamblang bagaimana perhitungan hari kerja sebagai syarat untuk mengajukan permohonan 2nd WHV. 
Sempat beredar berita bahwa yang dipertimbangkan adalah besarnya upah yang diperoleh dalam jangka waktu seminggu. Nilai minimumnya adalah 38 jam (standar jumlah jam kerja per minggu) dikali dengan $17.70 = $672.60 before tax, akumulasi selama 13 minggu (setara 91 hari kalender).
Angka upah tsb tertera di dalam form 1464. 
Ada yang bilang lagi, itu mah buat pekerja full time, buat casual worker mesti tambah lagi 25%. 
Ah, ribet.. (memang dasarnya sifat saya agak ngeyel dan tak terlalu suka dengar 'kata orang').
Kemudian saya membuat tabel untuk mencatat dan memonitor jumlah jam kerja dalam seminggu serta upah yang saya terima. Beres kan?
Dalam form 1464, ditanyakan jumlah hari kerja sesungguhnya (actual number of days worked), saya isi dengan jumlah hari kerja (tanpa melihat jumlah jam kerja dalam satu hari) terhitung semenjak saya bekerja di perusahaan itu, bukan semenjak tanggal 19 November.
(Q) Lah kok gitu?
(A) ya karena saya bernaung di suatu perusahaan secara non-stop 4 bulan, saya menerima payslip semenjak saya mulai bekerja, dan manager ataupun owner pun sudah mengetahui dan menandatangani form 1464.
so, what's the problem? Saya toh ngga membuat informasi palsu..

Q: Bila berganti pekerjaan, apakah dihitung dari nol lagi?
A: Misalkan sempat kerja di farm (dengan gaji legal, bayar pajak) selama 15 hari (setara 3 minggu kerja dari hari Senin sampai Jumat tanpa jeda hari), lalu merasa ngga betah, pindah ke daerah kota dan bekerja di restoran. Maka jumlah hari kerja di resto akan digabungkan dengan jumlah hari kerja sebelumnya di farm.

---
Sekian, semoga bisa sedikit memberikan gambaran berapa lama Anda mesti bekerja untuk bisa memenuhi syarat mengejar 2nd WHV.
Selamat berjuang!!

© by WP
Manly 040417

Sunday, March 12, 2017

Debut Karir di Darwin III

LAIN-LAIN

Di artikel ini saya akan menceritakan beberapa potong pekerjaan saya yang berjalan singkat, juga beberapa sertifikat dan atau skill tambahan yang saya dapatkan selama berada di Darwin.

Pekerjaan tambahan
1. Sebagai penjaga stand makanan Thailand di dalam lokasi pasar Rapid Creek (1 hari, cash in hand)
Pekerjaan ini saya dapatkan karena kebetulan ada seorang teman yang berhalangan hadir untuk bekerja di hari itu.
Tugas saya adalah mengambil dan membungkus makanan sesuai yang ditunjuk pembeli, sekaligus menghitung dan menerima pembayaran. Di akhir hari, saya pun membantu mencuci perlengkapan dan membersihkan lokasi bekerja.

2. Sebagai tutor bahasa Indonesia (mengajar seminggu saja)
Ngga tanggung-tanggung, murid saya adalah beberapa staf AFMA, yaitu departemen yang mengawasi kebijakan tentang perikanan (bangga lho sempat bekerja untuk pemerintahan Autralia, walaupun secara tidak langsung), dengan level pemula dan yang sudah mempunyai dasar dan sedikit lancar berbahasa Indonesia.
Pekerjaan ini saya dapatkan secara tidak sengaja via online. Pengajuan job application di tanggal 11 November 2016, baru mendapatkan balasan seminggu kemudian. Karena berdekatan dengan perayaan Natal dan tahun baru, akhirnya proyek ini tertunda hingga Januari 2017.
Demi mempersiapkan bahan mengajar, saya sampai mencari referensi buku pengajaran bahasa Indonesia di perpustakaan, juga mencari artikel terkait kementerian perikanan dan kelautan Indonesia, termasuk kisah si menteri nyentrik, ibu Susi Pudjiastuti.

Sertifikat dan skill tambahan
1. Responsible Service of Alcohol (RSA)
Sertifikat ini dibutuhkan bila ingin bekerja di bidang Food and Beverage terutama sebagai bartender (menyajikan minuman beralkohol).

2. Responsible Service of Gambling (RSG/RCG)
Sertifikat ini dibutuhkan bila ingin bekerja di kasino atau gaming room, berkaitan dengan perjudian.

Untuk mendapatkan kedua sertifikat di atas, bisa memilih untuk menghadiri kelas dan mendengarkan material secara lisan, atau mengambil kursus secara online. Tidak sulit dan tidak memakan waktu lama, asalkan kemampuan bahasa Inggris melewati persyaratan WHV dan telaten membaca material. Bahkan boleh melihat slide presentasi pada saat mengerjakan soal tes (menyontek).
Kalau sedang beruntung, ada kalanya di website tersedia paket murah untuk kedua sertifikat tsb.
Dengan memiliki sertifikat di atas, diharapkan agar kita bisa memilah tamu yang (tidak) boleh/berhak memasuki premises (tempat usaha), mengetahui batas normal demi mencegah tamu dari kecanduan pada minuman keras dan atau perjudian, cara untuk menghindari keonaran yang mungkin terjadi, dsb.

3. Sertifikat Massage
Bermula dari kegemaran akan aromatherapy, akhirnya timbul keinginan untuk memadukannya dengan massage alias memijat, demi mencapai tujuan pemulihan kesehatan secara jiwa, raga dan spiritual.
Inipun secara tidak sengaja saya temui saat teman saya merasa tidak enak badan dan akhirnya kami harus turun dari bus agar dia bisa ke toilet sejenak (waktu itu perjalanan pulang dari Casuarina ke city). Sambil menunggu, saya berkeliling di area pertokoan Aralia market dan melihat papan iklan Kxar's 88. Saat membaca tulisan 'training', langsung saja saya masuk ke dalam untuk menanyakan detail harga dan jadwal pembelajaran.
Harganya memang agak tinggi, tapi kalau kita bertekad untuk menjadikannya sebagai profesi, alhasih nilai yang akan kembali akan jauh lebih banyak dari harga pendaftaran.
Lagipula tak ada salahnya berinvestasi pada diri sendiri dengan menambah ilmu yang berguna toh..

© by WP
Cbr 22072017

Debut Karir di Darwin II

BEKERJA DOUBLE JOB

Dua pekerjaan yang saya lakoni adalah hasil dari menyebarkan resume (CV versi pendek, biasanya hanya satu lembar) dari satu tempat usaha ke tempat lainnya. Istilah kerennya 'drop resume door to door'.
Waktu mulai bekerjanya pun nyaris berbarengan, hanya selisih seminggu.
Emang kalau rejeki mah ngga ke mana kali ya..

1. bekerja di Restoran Oka Teppanyaki, Parap

foto diambil dari sudut seberang Parap Village Market
Masa bekerja : 4 November 2016 sampai 11 Maret 2017
Objek : makanan ala Jepang, seperti sushi (gulungan nasi, sehelai nori/rumput laut dan isi di tengahnya), sashimi (irisan ikan mentah), bento, miso soup, takoyaki (bola tepung berisi potongan gurita dan sayur), edamame (kacang kedelai), sukiyaki, terutama teppanyaki. Sayuran, daging, telur dan nasi dimasak di atas meja logam (tentunya ada kompor di bawah) dan si koki akan memasak sambil memamerkan sedikit atraksi juga kemampuan berkomunikasi mereka, misal mengobrol santai, melempar candaan ataupun menggoda anak2 kecil yang datang bersama orangtuanya (kadang ada tamu cilik yang takut terhadap orang asing dan duduk cemberut di meja makan).
Status bekerja sebagai pramusaji atau istilah kerennya "waitress". Awalnya bertugas untuk food running (menyajikan makanan dan minuman yang sudah siap ke meja customer), kemudian lebih banyak bekerja di balik meja bar, alias menjadi "bartender". Tugasnya mempersiapkan minuman yang dipesan oleh para tamu., mulai dari yang paling mudah yaitu membuka tutup botol (misal botol bir: Asahi, Kirin, Heineken, Crown, Cascade premium, dsb), menuang minuman dari botol besar ke gelas (soft drink, juice, sake), mencampur minuman (gin tonic, scotch coke, vodka lemonade, dsb) hingga membuat cocktail ala ala (isinya campuran beberapa bahan dan dikreasikan agar tampak secantik mungkin).
Jobdesc lainnya adalah membersihkan meja makan dan set up kembali, membersihkan area restoran di akhir hari kerja, pun terkadang membersihkan toilet (bergiliran, lihat situasi siapa yang sedang/sudah senggang).
Perlahan tanggung jawab bertambah. Misalnya ikut mengecek stok, mempersiapkan list belanja yang perlu dibeli (terutama stok minuman (soft drink, wine, beer) yang dijual dalam menu), serta merapikan gudang penyimpanan.
Ngga percuma dong pernah kerja sebagai purchaser alias staf pembelian selama hampir 3 tahun, ha..
Meskipun dulu pada masa kuliah pernah menjadi waitress, tapi rasanya agak canggung juga kembali bekerja sebagai waitress setelah sempat jeda bekerja kantoran selama hampir 7-8 tahun. Saking capeknya, di minggu -minggu awal kaki sampai memar2.

2. bekerja di Frontier Hotel
foto diambil dari apt yang sempat saya huni di 96 Woods st
Meskipun sebutannya 'hotel', tapi sebagian besar kamarnya dihuni oleh pegawai dari sebuah perusahaan kongsi konstruksi dan engineering.
Masa bekerja : 10 November 2016 sampai 10 Maret 2017
Di sini saya dipekerjakan di bawah departemen Housekeeping, mengerjakan tiga jobdesc:
a. Housekeeper : merapikan kamar, termasuk mengganti seprei (bed sheet), dusting (mengelap debu dari perabot), membersihkan lantai atau karpet dan juga kamar mandi.
Bila ada yang check out, maka load pekerjaan menjadi lebih banyak, harus lebih detail saat membersihkan kamar, juga memastikan semua complimentary goods (perlengkapan mandi, teh /kopi/gula sachet) tersedia lengkap.
b. Public Area cleaner : membersihkan area bar dan gaming room, mengatur meja dan kursi di halaman luar, membersihkan lobby, resepsionis, back office, Roof Top restaurant dan termasuk toiletnya, serta swimming pool side, mengumpulkan dan membuang sampah
c. Laundry staff : mencuci baju guest (tentu saja dengan mesin cuci), mengeringkan dengan dryer, melipat, menyimpan dalam laundry bag, kemudian mengembalikan ke kamar guest bersangkutan.
Laundry bag berupa kantong jaring dengan label yang yang bisa ditulis nomor kamar, sehingga pada saat proses laundry tidak tertukar dengan pakaian guest lain.
Untuk seprai, sarung bantal, handuk dan sejenisnya akan dikirim ke perusahaan laundry di luaran (sudah ada kerja sama).
Serunya memiliki jobdesc yang berbeda adalah, saat merapikan kamar, kita bisa sekilas melihat tipe seperti apa tamu tsb (lihat dari kerapian kamar, buku yang dibaca, perlengkapan hobi yang dimiliki, stok makanan, ornamen/interior kamar dsb), lalu saat bekerja di laundry bisa sekalian tahu nama dan kurang lebih perawakan si guest.
Kalau beruntung, masih bisa bertemu langsung dengan guest yang ganteng pada saat membersihkan public area, ha..

Meskipun tidak bekerja full time, tapi untungnya kedua pekerjaan ini saling mengisi. Pekerjaan di hotel mengisi jadwal hampir setiap hari di pagi hingga siang hari (sempat bekerja seminggu 6 hari, tapi belakangan berkurang jadi 5 hari saja), dan bekerja di restoran mengisi jadwal akhir pekan di malam hari.
Kadang ada perasaan ingin mendapatkan lebih, tapi rasanya agak malas juga..
Yang penting cukuplah untuk sewa kamar, belanja kebutuhan sehari-hari, dan juga kebutuhan entertainment.

© by WP
Cbr 22072017

Debut karir di Darwin I

MASA PENCARIAN

Beberapa hari awal ketibaan di Darwin, saya masih belum begitu gencar mencari pekerjaan. Saya sengaja meluangkan waktu melakukan beberapa proses administrasi yang perlu untuk bertahan hidup (Lebay!). Misal beli nomor ponsel dan pengaturan fitur data, pembukaan rekening bank sekalian akun saver dan superannuation (untuk menampung dana pensiun), pengajuan TFN (Tax File Number, setara dengan NPWP di Indonesia) secara online, berkeliling kota mengenali rute dan daerah sekitarnya, serta edit-edit resume.

Resume versi pertama berupa gubahan dari hasil unduh CV online. Masih mencantumkan foto diri dan biodata di sisi atas halaman, serta pengalaman kerja kantoran selama di Indonesia (terutama Jakarta) dan  pengalaman kerja paruh waktu saat kuliah dulu di Taiwan (karena lebih relevan dengan apa yang mungkin akan saya kerjakan selama WHV, yaitu bidang hospitality).
Di periode awal ini (sekitar tanggal 19 sampai 23 Oktober), saya sempat drop resume di OAK cafe, Tramontana Restaurant, Telstra shop, Darwin Central Hotel di daerah city, bahkan sampai ke area Parap dan Winnelie (area pergudangan nan jauah di mato).
Pada masa inilah saya bertemu dengan restoran tempat pertama saya bekerja, Oka Teppanyaki dan bos baik hati 'si kumbang' yang lokasi kerjanya nun jauh di pedalaman Gunbalanya/Kakadu (baca kisahnya di sini).

Kemudian tanggal 28 Oktober hingga 3 November 2016, saya menjelajahi kota, menyebar resume ke cafe/coffee shop, restoran take away, hotel dan juga secara online. Di periode ini, saya bertemu dengan pekerjaan saya yang kedua tapi menempati posisi pendapatan pertama, yaitu Frontier Hotel (baru mulai bekerja seminggu kemudian karena sang supervisor sedang berlibur, belum sempat interview).

Tanggal 4 November 2016, karena baru awal diterima bekerja di restoran, maka shift yang diberikan masih sangat sedikit, hanya satu atau dua hari dalam seminggu. Agak khawatir pendapatan tidak mencukupi atau sewaktu-waktu didepak, akhirnya saya mencoba melamar pekerjaan via Agrilabour dan The Job Shop. Keduanya bergerak di bidang outsourcing perkebunan (hal yang sebenarnya ingin saya lakukan karena kebetulan saya lulusan hortikultur alias tanaman budi daya).
Faktor lain adalah karena saya sudah tiga minggu menganggur di Darwin, sudah hampir putus asa mencari pekerjaan. Tak disangka respon mereka cukup cepat. Dalam hari itu, saya mendapat telepon dari keduanya.

Namun entah kenapa, saya ragu untuk masuk ke pedalaman, dan memilih untuk tetap tinggal di pusat kota. Saya putuskan bahwa saya akan bekerja di kebun bila sampai dengan 1,5 bulan di Darwin masih tidak ada hasil.

Tanggal 11 November 2016, walaupun sudah mulai bekerja di hotel, tapi masih iseng mencari pekerjaan secara online. Beruntung sekali saya melihat ada iklan loker untuk mengajar bahasa Indonesia. Ha.. (kisahnya ada di sini)

Tanggal 16 November 2016, menelusuri sepanjang jalan Mitchell street (di mana pusat perbelanjaan, restoran, cafe, bar, hotel berkumpul), kemudian The Mall dan juga Nirvana (satu restoran dengan konsep live music, yang menarik saya untuk melamar di sana)

Tanggal 9 Desember 2016, mencoba melamar pekerjaan di Unwind Massage Shop di Parap.
Sebenarnya sudah tertarik untuk melamar dari awal ketibaan di Darwin. Tapi karena waktu itu tidak menemukan lokasinya (agak tersembunyi karena hanya terlihat pintu depan dan harus menaiki tangga untuk sampai di tempat prakteknya) maka urung melamar.
Kali ini setelah bertemu dengan owner dan berbincang sedikit, akhirnya saya memadamkan api untuk bekerja dan belajar massage sementara waktu. Beliau mengatakan bersedia menyalurkan ilmu, namun dengan syarat saya harus bekerja di sana minimal 6 bulan (padahal niat awal saya untuk WHV adalah berkeliling Australia setelah selang beberapa bulan, idealnya 3-4 bulan).

Seberapa kali masa perjuangan menyebar resume, sebanyak itulah perubahan format dan data dalam resume saya. Misal penghapusan daftar pekerjaan selama di Indonesia (karena yang dilihat dan dipertimbangkan oleh employer lokal adalah apa yang kamu dapatkan di Australia. Lulusan Harvard atau Cambridge, pengalaman bekerja selama 5 tahun di perusahaan bergengsi di Indonesia, itu cuma secuil saja. Yang terpenting bagaimana attitude dan kemauan untuk bekerja dan menerima ilmu baru), perubahan alamat tempat tinggal, penambahan pengalaman bekerja, serta skill dan atau sertifikat.
Dan setelah sekian lama ke sana kemari, akhirnya saya pasrah dan mensyukuri dua pekerjaan yang sudah saya miliki. Kisah double job saya bisa dibaca di sana..

Selain dua pekerjaan utama saya di restoran dan hotel, ada juga pekerjaan sampingan kecil (jangka waktu pendek) yang lumayan menambah pendapatan dan pengalaman. Baca kisahnya di situ..

Sekian cerita perjalanan saya selama di Darwin. Sampai jumpa di kota berikutnya yaa..
(jadi ingat iklan shampo yang mengadakan audisi keliling Indonesia, ha..)

© by WP
Cbr 22072017

Sunday, November 20, 2016

[WHV] Berkunjung ke Wisma Indonesia

Pada hari Minggu ku turut ayah ke kota..

Eh, salah..

Pada hari Minggu lalu tanggal 20 November 2016, konsul RI untuk area NT (berpusat di Darwin) yaitu bapak Andre Omer Siregar mengundang para perantauan dari Indonesia (baik yang menggunakan visa bekerja dan berlibur alias WHV atau visa pelajar) untuk makan malam bersama di rumah dinasnya, akrab disebut Wisma Indonesia.
tampak depan Wisma Indonesia, dengan ornamen burung garuda di samping pintu
Tujuan acara ini adalah untuk berkumpul (so pasti!), berkenalan dengan wajah-wajah baru sekaligus membina keakraban dan kekeluargaan di antara sesama warga negara Indonesia yang terdampar di Australia, terutama di kota Darwin.
Pak Andre berharap agar ke depannya, setiap muda-mudi yang baru tiba di Darwin dapat segera melaporkan diri di konsulat, agar pendataan lebih akurat dan dapat dibantu apabila ada masalah terkait visa, kondisi kerja, dsb.
bu Rika dan pak Andre, selaku konsul RI di Darwin
Di samping itu, beliau juga mendorong agar kaum hawa dapat bergabung dalam gerakan Dharma Wanita yang dipimpin oleh istrinya, ibu Rika Anindhita Siregar. Disampaikan pula bahwa dalam waktu dekat akan diadakan pagelaran busana batik (dan mungkin pentas seni) untuk memamerkan keindahan dan kekayaan tradisi dalam negeri.

Sebulan berlalu dari saat pertama kali menginjakkan kaki di negeri kangguru, rasanya acara makan malam ini telah menawarkan obat kangen pada cita rasa Nusantara. Daun singkong dimasak gulai, bakso, rendang, cendol dan lain-lainnya. Yumm..
ruang makan elegan dengan meja panjang, kondisi kosong
kondisi saat diisi manusia2 kelaparan

Pak konsul banyak menyampaikan harapannya pada generasi muda Indonesia, terutama kami yang telah berani mengambil keputusan untuk meninggalkan keluarga, teman-teman dan mungkin juga kehidupan nyaman yang dimiliki di Indonesia (istilah kerennya, berani keluar dari comfort zone) menuju ke kota antah berantah yang berhawa panas, kecil dan tidak seramai kota lainnya di Australia seperti Melbourne atau Sydney.
Beliau pun berpesan agar kami dapat membentuk suatu komunitas kecil yang solid. Walau di Darwin ini kalah bersaing dalam hal jumlah pendatang, namun kami bisa menjaga keharmonisan dan kekompakan.
siap2 ber-wefie ria
beginilah hasil fotonya

 Di penghujung acara, tak lupa mengabadikan momen bersama sebagian dari keluarga besar..
foto bersama

Pak Andre tergolong gaul dan eksis juga lho..
Terbukti dengan cetusan idenya untuk mengikuti gaya kekinian, mannequin challenge

Ucapan terimakasih ditujukan kepada :
- pak Andre, bu Rika dan anak-anaknya, yang telah menyediakan ruang dan waktu untuk jamuan makan malam
- Al Rifki yang menyebarkan undangan ke teman2 WHV Darwin untuk berpartisipasi di acara ini.
- staf konsulat RI yang telah menyambut kami dengan ramah.
Terimakasih terutama untuk seksi dokumentasi atas sumbangan foto dan videonya.
- asisten rumah tangga yang membantu mempersiapkan santapan, serta menjaga kebersihan dan kenyamanan di dalam wisma..

Sekian, sampai jumpa di lain kesempatan ya teman2.. 😀

Drw 011216
© by WP

Friday, October 28, 2016

[WHV] Shopkeeper di Kakadu - sub 2

Melanjut cerita sebelumnya..

Setelah perjalanan hampir 3 jam, kami pun tiba di lokasi toko.
Terdapat di daerah Oenpelli (Rd) dan bernama Gunbalanya Service Station. Serupa minimarket, menjual kebutuhan sehari2, makanan paket atau langsung jadi, pulsa dan di luarnya terdapat gas station (untuk menambah bahan bakar kendaraan bermotor, terutama mobil).
Yah, namanya juga satu2nya toko di pedalaman, jadi palu gada, apa lu mau, gw ada. Hehe..
tampak luar toko

Karena terletak jauh dari kota, maka karyawan mendapatkan fasilitas tempat tinggal (mess). Bentuknya seperti kontainer yang sudah dirombak dan disekat menjadi beberapa kamar.
Mess ini letaknya berseberangan dengan toko. Cukup berjalan kurang dari 1 menit.
tampak luar mess

Lingkungan tempat tinggal pun lumayan bagus. Terdapat pelataran hijau dan ada pavilion di sana..

Dan beginilah pemandangan yang terlihat dari arah mess..

Pekerjaannya tidak susah, hanya saja perlu tenaga lebih. Kita harus jeli melihat mana barang yang sering dibeli (fast moving item) dan segera mengisi kembali rak tsb (restock shelves). Memindahkan barang dari gudang ke area toko, membongkar kardus agar mudah dibuang dan didaur ulang, juga membersihkan area toko di akhir hari.
Saya juga diajarkan cara mengisi BBM dan membuat burger berisi bacon maupun dengan ekstra patty beef.
Lumayan buat tambah pengalaman..

Sayangnya, saya tak bertahan lama di sana.
Pada sore hari pembayaran upah, saya belum juga mendapatkan info TFN (Tax File Number, serupa NPWP di Indonesia), dan menurut pihak perusahaan (diwakilkan oleh bu bos), hal tsb ilegal dan bisa merugikan perusahaan (perusahaan yang ketauan merekrut karyawan yang tidak terdaftar pajak akan dikenakan denda cukup besar, demikian pula karyawan yang bersangkutan).
Setelahnya, saya coba menghubungi kakak saya di Adelaide karena saya menitipkan TFN di alamat rumahnya. Seminggu berlalu dari proses pengajuan dan seharusnya sudah bisa didapatkan. Benar lah, dan kemudian saya susulkan data tsb ke manajer toko.
Selama masa menunggu dikirimkan data TFN pun saya tak boleh bekerja di toko. Coba lihat betapa mereka sangat mematuhi peraturan (sebenarnya ada pertimbangan keselamatan kerja juga sih..)

Saya sempat berpikir untuk lanjut bekerja. Namun kemudian satu per satu kekurangan saya disebutkan: cara bekerja lambat/kurang gesit, tak bisa mengemudi mobil (ada kalanya kita perlu mengantar pulang customer yang berbelanja banyak dan tak bawa kendaraan), dan tak bisa tinggal lama/menetap (rencana saya hanya tinggal di Darwin beberapa bulan saja, kemungkinan 4 bulan).

Secara keseluruhan, dari segi hubungan dengan bos (si kumbang), lingkungan tinggal, konten pekerjaan, upah, keharusan berkomunikasi dengan penduduk sekitar tidaklah masalah. Namun akhirnya saya memilih mundur dari pekerjaan karena saya merasa bahwa kalaupun saya berusaha keras untuk menjadi lebih baik, bila yang (terlanjur) mereka lihat adalah kekurangan saya, maka apa yang saya kerjakan adalah percuma.

So, goodbye Kakadu..

© by WP
Drw 261116

[WHV] Shopkeeper di Kakadu - sub 1

Melanjut posting sebelumnya..

Pada siang hari tgl 24 Okt, saya dijemput si kumbang dan kami pun berangkat bersama menuju lokasi tokonya. Padahal beliau sedang dalam tahap penyembuhan dan tak diperbolehkan mengemudi mobil.
(Ybs mengaku bahwa ia seorang yang workaholic semenjak masih muda. Jadi masa penyembuhan selama 5 minggu cukup menyiksa dirinya)
Hm, lucky me, eh blessed me..

Sebelum menuju pedalaman, saya sempat ke rumah beliau untuk menitipkan satu koper persediaan baju musim dingin dan stok toiletries, sekalian beliau menikmati makan siang terlebih dahulu.

Pemandangan sepanjang jalan menuju Kakadu adalah pepohonan di kiri kanan, langit biru, serta jalanan aspal yang perlahan digantikan jalanan tanah merah (gravel road) dan pegunungan batu.


Lokasi toko berada di dalam kawasan Kakadu National Park, yang merupakan tempat wisata alam yang cukup terkenal di daerah NT (Northern Territory) Australia ini. Sayangnya, lokasi wisata dan toko terpisah jalur, sehingga saya hanya bisa memanfaatkan kesempatan untuk mengabadikan signature-nya saja.

Kemudian terlihat sign board nama jalan dan nama daerah, yang menandakan bahwa kami mulai memasuki area khusus pemukiman Aborigin.

Di tengah perjalanan, ada satu area yang mesti melintasi sungai. Bila musim penghujan tiba, maka jalan tsb akan ditutup dan pengunjung dialihkan ke jalur udara, menggunakan pesawat kecil yang memuat 3 orang penumpang.


Waktu saya berangkat, kondisi sungai masih aman terkendali, sedang tidak pasang dan jalanan hanya terendam sekitar beberapa cm saja. Namun pada saat saya keluar dari site (3 hari setelah tiba), jalanan terendam sekitar 10 cm dan saya melihat sekelompok turis di atas kapal kecil sedang berburu untuk melihat buaya. Dan memang ada!

Bila ingin berwisata di area NT terutama daerah berair, waspadalah, karena buaya bisa saja muncul di sekitar Anda. Yang penting perhatikan papan peringatan dan cobalah untuk tidak melanggar.

cerita selanjutnya, setiba di lokasi kerja serta fasilitas yang didapat.

© by WP
Drw 141116

[WHV] Shopkeeper di Kakadu

Artikel kali ini menceritakan pengalaman singkat bekerja di satu area pedalaman yang dihuni oleh penduduk asli Australia (dikenal dengan sebutan suku Aborigin) selama 3 hari sebagai karyawan toko, istilah kerennya shopkeeper.
Peluang ini tidak sengaja saya dapat karena kebetulan saya tinggal dengan seorang gadis Taiwan yang bekerja sambilan menjadi juru pijat (massage therapist) dan mempunyai pasien seorang pengusaha, tak lain tak bukan adalah bos saya nantinya. sebut saja 'si kumbang'..

sepotong pemandangan di pemukiman

Beberapa hari sebelumnya saya sempat mencari pekerjaan ke sana ke sini, berjalan di daerah perkotaan, dan kemudian menyerahkan CV/resume di beberapa tempat yang diinginkan/sudah diincar. Kurang lebih ada 15 lembar resume yang sudah saya berikan ke pihak luar.
Kebanyakan yang saya incar adalah sebagai waitress/pramuwisma dan kitchen hand. Kebetulan (lagi), saat saya kuliah dulu pernah bekerja sampingan di beberapa restoran dan punya dasar bekerja di bidang F&B. Kategori lain yang saya cari adalah housekeeping di hotel (tak sama dengan room service lho ya..).

Pada hari Senin siang itu, si kumbang menelepon teman saya dan mengatakan ia butuh tenaga baru.
Sepertinya karena si manager toko akan mengakhiri masa kerja dan kembali ke negara asalnya.
Teman saya akhirnya menawarkan pekerjaan itu kepada saya.
Tak lama kemudian saya menghubungi si kumbang. Di luar dugaan, beliau langsung menghampiri tempat tinggal saya dan kami sempat mengobrol beberapa saat. Beliau pun berbaik hati memberikan kesempatan bekerja pada saya.

Kisah perjalanan menuju lokasi kerja..
Kisah tentang pekerjaan (termasuk fasilitas yang didapat, pemandangan sekitar, dan hal2 yang dikerjakan)

Singkat cerita, karena saya merasa mereka terlalu berlebihan (istilah gaulnya = 'too much drama'), ditambah saya mengakui kekurangan saya dalam hal kecekatan bekerja, dan lagi sikap manager yang menurut saya tidak bersahabat, akhirnya saya memilih untuk mengakhiri masa percobaan di sana.

Hanya berharap bisa segera menemukan pekerjaan baru sekembalinya ke kota nanti.

© by WP
Drw 141116

Sunday, October 16, 2016

[WHV] Perdana di alam terbuka NT

Sebelum berhasil mendapatkan WHV, saya banyak meraup informasi dari grup di salah satu media sosial dan aplikasi chatting.
Menjelang keberangkatan ke negeri kangguru, dalam grup chat ada yang mengajak jalan2 ke wisata alam di NT. Karena jadwal ketibaan saya adalah hari Minggu subuh menjelang pagi, maka saya pun mengajukan diri untuk ikut serta dalam perjalanan tsb.
Setiba di Darwin, saya dijemput oleh salah satu rekan berinisial YD, mampir dan numpang mandi di rumah MK, lalu menjemput rekan lain, WT dan RD. Total peserta trip kali ini adalah 5 orang sesuai kapasitas mobil, tiga perempuan dan dua laki-laki.

Spot pertama yang kami kunjungi adalah Territory Wildlife Park.
Signage di bagian dalam lokasi wisata
Selaras dengan nama, kondisinya memang mirip dengan alam liar. Habitat dijaga tetap alami, sehingga yang tampak adalah pemandangan hutan di kanan kiri, dan yang merupakan pugaran adalah jalan raya, jembatan titian, dan shelter/halte.
jalan2 di hutan ditemani genangan sungai
please meet wallabies, adik kecil dari kangguru

Tempat ini mempunyai rute jalan setapak menghubungkan beberapa area di dalamnya, sehingga pengunjung bisa berjalan mengitari keseluruhan taman.
Salah satu bagiannya adalah danau dan hutan beserta kawanan unggas..

Beberapa tempat lain adalah ruangan untuk hewan malam (nocturnal animal), kolam pasir di mana kita bisa melihat ikan pari raksasa, danau dengan pelikan dan buaya cilik, konservasi beberapa jenis burung, akuarium, dsb.
Di dalam ruang akuarium, saya melihat sesuatu yang unik, yaitu kumpulan kerajinan tangan dari benang wol yang dibentuk/disusun menyerupai terumbu karang dan ditempel di papan pada dinding.
Kerajinan ini merupakan hasil karya dari kegiatan sosial lho.. Ini juga yang membuatnya bernilai lebih di mata saya.

Setelah itu, kami beranjak ke Berry Springs Nature Park.
Inilah permandian alam dengan kawasan piknik di luarnya. Jadi para pengunjung bisa bersantai dan mengisi perut terlebih dahulu sebelum menikmati segarnya air sungai di sana.
salah satu kelebihan di Australia adalah ada beberapa tempat wisata terbuka yang menyediakan tungku untuk barbeque..

bekal makan siang kami
Setelah bersantap, kami pun siap menceburkan diri (sebenarnya hanya saya dan YD yang berenang, sisa tiga teman duduk di pinggiran kolam)
upper pool, jernih dan dangkal
daerah penghubung upper dan lower pool

lower pool, lebih luas, berwarna biru kehijauan, dan dasar kolam tak terlihat
Setelah puas berenang dan menikmati alam, kami pun bergegas pulang ke kota.

Berikut video yang dibuat oleh salah satu rekan WHV..
(bunch of thanks to YD)

Cerita sebelumnya, ketibaan di Darwin

© by WP
Drw 271116

[WHV] Dan Perjalanan Dimulai..

Kisah petualangan di negeri kangguru dimulai dengan cerita keberangkatan dari bandara Soekarno Hatta sampai dengan bandara tujuan di kota Darwin.
Jadwal penerbangan adalah tanggal 15 Oktober 2016, dan baru disadari kemudian ternyata jamnya menunjukkan angka 15.10. Kebetulan banget ya?

Karena dulu pernah ketinggalan pesawat, maka kali ini sengaja ke bandara lebih awal. Sambil menunggu waktu boarding, saya pun duduk santai di gerai kopi franchise SB..

Tak bisa dipungkiri, saya termasuk orang yang percaya bahwa ada kekuatan di luar manusia yang mengatur jalannya kehidupan ini. Karena itu, kadang saya suka mencari pertanda atau melihat suatu kebetulan untuk mendukung diri sendiri mengatakan, "Ya, inilah takdirku.."
Terlepas dari benar atau salah, paling tidak saya menjadi lebih yakin pada apa yang sedang atau akan saya kerjakan.

Seperti contoh berikut, saat sedang berada dalam pesawat, saya iseng membaca majalah dan menemukan artikel tentang Darwin di dalamnya. Seolah ini pertanda memang sanalah tujuan yang tepat untukku..

Langsung tergiur dengan suguhan pemandangan pantainya
Lumayan juga, jadi tau beberapa spot yang bisa dikunjungi setibanya di sana.

Salah satu potret kegiatan di Mindil Beach Market
Selang beberapa jam, pesawat yang saya tumpangi transit di negara tetangga, Singapura. Rutenya agak muter2 memang, tujuannya ke arah bawah, tapi mesti transit ke bagian atas (dari sudut pandang peta secara umum).

Sengaja saya memilih penerbangan dari Jakarta yang lebih awal agar bisa berjalan2 lebih lama di Changi Airport. Saya selalu senang berkeliling di sana karena dia memiliki indoor garden terindah yang pernah saya lihat.

Sepasang merak di antara pepohonan

Tampak atas salah satu taman bertema
Contoh kebetulan lainnya adalah melihat judul majalah di salon dalam hotel transit bandara yang sesuai dengan inisial nama saya.

Adalah WP, wanita perkasa..

Terpikir bahwa taman ini mungkin lebih indah di siang hari..
Perjalanan via udara pun berlanjut di tengah malam, hingga tiba di Darwin jam 5.30 subuh.
Proses pemeriksaan imigrasi agak terkendala karena foto di paspor berbeda dengan penampakan saya saat itu. Agak menyesal juga memangkas rambut terlalu pendek. Haha..
Kemudian sekalian juga saya tunjukkan SIM dan KTP, pokoknya segala ID card yang saya punya. Bahkan sempat juga ditanya apa yang saya kerjakan di Indonesia sebelum tiba di Australia, lalu apa yang terjadi setelah SMA. Mungkin jejak saya di Indonesia sempat hilang karena saya sempat menuntut ilmu di universitas di Taiwan.
Ada beberapa orang juga yang dicurigai dan ditahan di gerbang pemeriksaan. Saya jadi orang terakhir yang keluar di sana.
Yang sial lagi, abon yang saya bawa disita karena masih terlihat bentuk sayatan dagingnya. Si petugas mengatakan apabila abon dalam bentuk lebih halus seperti bubuk, maka tidak jadi masalah.
Direlakan sajalah..

Pemandangan luar bandara Darwin
Setelah menunggu sekian waktu, akhirnya datang juga kawan yang menjemput.
Yeay, bersiap menjelang hari baru di lahan orang (asing)!!

PS. ke belakangnya mungkin akan sering terjadi percampuran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam satu artikel. Belajar sok bule gitu deh.. Ha..

cerita sebelumnya, perjuangan meraih WHV
cerita berikutnya, trip pertama di Darwin

© by WP
Drw 301016

Friday, October 14, 2016

[WHV] Timeline Proses Pengajuan Visa

Setelah resign dari pekerjaan pada akhir Maret lalu, saya sempet mengasingkan diri sejenak di Medan dan sekitarnya. Kebetulan saya sudah lama tidak pulang kampung ortu saya, sehingga kesempatan ini lumayan pas untuk bertemu kangen dan berkenalan dengan beberapa keponakan..
Sekembalinya dari Medan di awal bulan Mei, mama saya mulai menanyakan apa yang mau saya lakukan.
Awalnya saya ingin menuntut ilmu lagi di bidang aromatherapy di Taiwan, tapi proposal tsb ditolak dengan alasan usia, prospek masa depan dsb, dan akhirnya saya ditawari untuk ikut program Work and Holiday Visa (disingkat WHV, alias visa bekerja dan berlibur).
Visa ini memperbolehkan si pengajunya untuk tinggal dan bekerja di Australia di negara bagian mana pun selama setahun. Kelebihannya dari Tourist visa adalah masa berlakunya yang lebih panjang, sehingga kita bisa lebih puas menjelajahi negeri kangguru. Sementara kelebihannya dibandingkan dengan Working visa adalah kita dapat mencari dan berpindah2 pekerjaan setibanya di sana, tak perlu repot mencari perusahaan yang berkenan mengeluarkan surat sponsor untuk syarat pengajuan visa kita.

Berikut uraian waktu proses pengajuan WHV saya:
- 12/05 baru mengumpulkan niat untuk mendaftar. Padahal sudah pernah diajak oleh teman pada tahun lalu, tapi baru kesampaian tahun ini
- 06/06 mendaftarkan diri untuk mengikuti tes kemahiran berbahasa Inggris, IELTS. Ada beberapa lembaga yang menyediakan paket kursus, pre-test, dan ujiannya sekaligus. Saya hanya ambil ujiannya di IDP, berbekal ingatan mata pelajaran bahasa Inggris jaman sekolah dulu, ditambah dengan buku persiapan tes IELTS yang dibeli di toko buku Mentari (kebetulan sedang diskon)
cover buku yang saya beli, sumber gambar : Google

- 25/06 hari ujian IELTS, berlokasi di satu sekolahan di daerah Pondok Indah. Tes listening, reading, writing di pagi-siang hari, dan tes speaking di malam hari bersama interviewer Wendy Bone dari IDP cabang Bandung.
- 27/06 ke kantor Bank Mandiri cabang Askrindo untuk mendapatkan surat referensi yang menyatakan kepemilikan dana persyaratan, yaitu senilai AUD 5000
- 13/07 mendaftarkan diri untuk wawancara dengan Ditjen Imigrasi demi mendapatkan surat pengantar/surat sponsor/surat rekomendasi pemerintah, atau disebut dengan SRPI
(sebenarnya sudah pernah mendaftarkan diri pada tanggal 06/06, pun sudah dapat jadwal wawancara tgl 20-an. Tapi karena persyaratan belum lengkap, maka ditangguhkan)
- 15/07 cek hasil ujian IELTS secara online
- 18/07 ambil sertifikat atau hasil ujian IELTS di kantor cabang
- 18/08 wawancara di Ditjen Imigrasi bersama ibu Delly.
Karena ada persyaratan (ijazah kuliah di Taiwan) yang harus diterjemahkan ke bahasa Inggris, maka dokumen baru dianggap lengkap setelah dokumen terjemahan disusulkan tgl 19/06 (terimakasih pada penerjemah tersumpah pak Philip Liwan Pangkey).
- 24/08 SRPI yang ditunggu tiba di kotak surel dengan selamat.. (padahal siangnya sempat berceloteh di page WHV Indonesia)
tampilan SRPI oleh Ditjen Imigrasi
 - 25/08 menuju ke Kuningan City, tepatnya kantor AVAC di lantai 2 untuk men-submit/lodge dokumen persyaratan WHV
tampilan counter AVAC
Setelah menyerahkan dokumen ke petugas, maka mereka akan memberikan satu berkas yang menyatakan penerimaan dokumen, sekaligus tata cara untuk follow up proses permohonan visa secara online
bukti penerimaan dokumen dari AVAC
- 26/08 membuat time-plan masa panen buah2an di Australia berdasarkan data dari website Agrilabour (karena minatnya adalah bekerja di bidang perkebunan/farming/harvesting)
- 30/08 menerima HAP ID via email (semacam surat panggilan untuk melakukan medical check up (MCU) di rumah sakit yang ditentukan
penampakan surat (HAP ID)
 - 31/08 saking bersemangatnya, langsung menuju ke RS Premier Jatinegara.
gedung RS Premier Jatinegara nan megah
Apesnya, berbarengan dengan insiden berdarah bulanan (padahal masih belum jadwalnya) sehingga harus menunggu sampai selesai periode ditambah 5 hari.
Karena HAP ID hanya berlaku selama 7 hari sejak diterbitkan, maka saya segera mengirimkan email ke pihak kedutaan untuk menginformasikan insiden tsb. Untungnya masih ada toleransi untuk kaum hawa..
- 10/09 menuju RS Premier Jatinegara untuk kedua kalinya, MCU bersama Dr. Jenly.
gelang identitas pasien
Proses pemeriksaan berjalan agak lama dan sempat terkendala karena hasil urine kurang bagus. Akhirnya banyak2 minum air dan mengulang tes urine.
(Si perawat mengatakan bila hasil tes urine yang kedua masih juga tidak bagus, maka saya harus menjalankan tes darah, yang berarti harus mengeluarkan biaya tambahan.
Untunglah tidak perlu, hehe..)
bukti pembayaran.. bonus gelas cantik
- 14/09 visa is granted!
Sempat heran karena ada salah seorang anggota grup chat yang mengatakan bahwa pengajuan visanya telah lolos padahal dia baru saja menjalankan MCU-nya kemarin di RS Premier Bintaro.
Saat saya iseng cek email, ternyata permohonan visa saya pun sudah lolos..
sebagian tampilan dari surat pemberitahuan lolos pengajuan visa
 ----

Penantian yang panjang setelah menganggur setengah tahun lamanya.
Semoga nantinya benar bisa menjadi kisah petualangan tak terlupakan dan berharap mendapatkan pelajaran baru setibanya di sana.

Beberapa referensi utuk memahami Australia dan WHV:
* website resmi pariwisata Australia di sini
bisa sekalian menguji kemampuan bahasa Inggris dan menemukan info ataupun tips and trik berlibur di negeri kangguru 
* website Departemen Imigrasi Australia yang membahas visa WHV (sub class 462) di sini
* page WHV Indonesia di FB, ada satu notes mengenai info dan FAQ seputar WHV di sini
* salah dua blog WHV Warrior yang membahas kisah bekerja dan perjalanan mereka : Irham Faridh dan Rijal Fahmi
* tambahan referensi : Efi Yanuar

cerita selanjutnya, perjalanan hingga ke negeri kangguru


© by WP
Drw 131116