Sunday, March 12, 2017

Debut karir di Darwin I

MASA PENCARIAN

Beberapa hari awal ketibaan di Darwin, saya masih belum begitu gencar mencari pekerjaan. Saya sengaja meluangkan waktu melakukan beberapa proses administrasi yang perlu untuk bertahan hidup (Lebay!). Misal beli nomor ponsel dan pengaturan fitur data, pembukaan rekening bank sekalian akun saver dan superannuation (untuk menampung dana pensiun), pengajuan TFN (Tax File Number, setara dengan NPWP di Indonesia) secara online, berkeliling kota mengenali rute dan daerah sekitarnya, serta edit-edit resume.

Resume versi pertama berupa gubahan dari hasil unduh CV online. Masih mencantumkan foto diri dan biodata di sisi atas halaman, serta pengalaman kerja kantoran selama di Indonesia (terutama Jakarta) dan  pengalaman kerja paruh waktu saat kuliah dulu di Taiwan (karena lebih relevan dengan apa yang mungkin akan saya kerjakan selama WHV, yaitu bidang hospitality).
Di periode awal ini (sekitar tanggal 19 sampai 23 Oktober), saya sempat drop resume di OAK cafe, Tramontana Restaurant, Telstra shop, Darwin Central Hotel di daerah city, bahkan sampai ke area Parap dan Winnelie (area pergudangan nan jauah di mato).
Pada masa inilah saya bertemu dengan restoran tempat pertama saya bekerja, Oka Teppanyaki dan bos baik hati 'si kumbang' yang lokasi kerjanya nun jauh di pedalaman Gunbalanya/Kakadu (baca kisahnya di sini).

Kemudian tanggal 28 Oktober hingga 3 November 2016, saya menjelajahi kota, menyebar resume ke cafe/coffee shop, restoran take away, hotel dan juga secara online. Di periode ini, saya bertemu dengan pekerjaan saya yang kedua tapi menempati posisi pendapatan pertama, yaitu Frontier Hotel (baru mulai bekerja seminggu kemudian karena sang supervisor sedang berlibur, belum sempat interview).

Tanggal 4 November 2016, karena baru awal diterima bekerja di restoran, maka shift yang diberikan masih sangat sedikit, hanya satu atau dua hari dalam seminggu. Agak khawatir pendapatan tidak mencukupi atau sewaktu-waktu didepak, akhirnya saya mencoba melamar pekerjaan via Agrilabour dan The Job Shop. Keduanya bergerak di bidang outsourcing perkebunan (hal yang sebenarnya ingin saya lakukan karena kebetulan saya lulusan hortikultur alias tanaman budi daya).
Faktor lain adalah karena saya sudah tiga minggu menganggur di Darwin, sudah hampir putus asa mencari pekerjaan. Tak disangka respon mereka cukup cepat. Dalam hari itu, saya mendapat telepon dari keduanya.

Namun entah kenapa, saya ragu untuk masuk ke pedalaman, dan memilih untuk tetap tinggal di pusat kota. Saya putuskan bahwa saya akan bekerja di kebun bila sampai dengan 1,5 bulan di Darwin masih tidak ada hasil.

Tanggal 11 November 2016, walaupun sudah mulai bekerja di hotel, tapi masih iseng mencari pekerjaan secara online. Beruntung sekali saya melihat ada iklan loker untuk mengajar bahasa Indonesia. Ha.. (kisahnya ada di sini)

Tanggal 16 November 2016, menelusuri sepanjang jalan Mitchell street (di mana pusat perbelanjaan, restoran, cafe, bar, hotel berkumpul), kemudian The Mall dan juga Nirvana (satu restoran dengan konsep live music, yang menarik saya untuk melamar di sana)

Tanggal 9 Desember 2016, mencoba melamar pekerjaan di Unwind Massage Shop di Parap.
Sebenarnya sudah tertarik untuk melamar dari awal ketibaan di Darwin. Tapi karena waktu itu tidak menemukan lokasinya (agak tersembunyi karena hanya terlihat pintu depan dan harus menaiki tangga untuk sampai di tempat prakteknya) maka urung melamar.
Kali ini setelah bertemu dengan owner dan berbincang sedikit, akhirnya saya memadamkan api untuk bekerja dan belajar massage sementara waktu. Beliau mengatakan bersedia menyalurkan ilmu, namun dengan syarat saya harus bekerja di sana minimal 6 bulan (padahal niat awal saya untuk WHV adalah berkeliling Australia setelah selang beberapa bulan, idealnya 3-4 bulan).

Seberapa kali masa perjuangan menyebar resume, sebanyak itulah perubahan format dan data dalam resume saya. Misal penghapusan daftar pekerjaan selama di Indonesia (karena yang dilihat dan dipertimbangkan oleh employer lokal adalah apa yang kamu dapatkan di Australia. Lulusan Harvard atau Cambridge, pengalaman bekerja selama 5 tahun di perusahaan bergengsi di Indonesia, itu cuma secuil saja. Yang terpenting bagaimana attitude dan kemauan untuk bekerja dan menerima ilmu baru), perubahan alamat tempat tinggal, penambahan pengalaman bekerja, serta skill dan atau sertifikat.
Dan setelah sekian lama ke sana kemari, akhirnya saya pasrah dan mensyukuri dua pekerjaan yang sudah saya miliki. Kisah double job saya bisa dibaca di sana..

Selain dua pekerjaan utama saya di restoran dan hotel, ada juga pekerjaan sampingan kecil (jangka waktu pendek) yang lumayan menambah pendapatan dan pengalaman. Baca kisahnya di situ..

Sekian cerita perjalanan saya selama di Darwin. Sampai jumpa di kota berikutnya yaa..
(jadi ingat iklan shampo yang mengadakan audisi keliling Indonesia, ha..)

© by WP
Cbr 22072017

Thursday, December 22, 2016

Strengths Finder by Gallup

Setiap manusia memiliki kelebihan/kekuatan dan kekurangan/kelemahan masing-masing.
Umumnya, kita cenderung untuk melihat kelemahan dan berusaha menutupi atau mengubahnya menjadi lebih baik, daripada fokus pada kekuatan dan membuatnya lebih menonjol di keseharian.

Pada bulan Mei 2015 lalu, demi meningkatkan kinerja tim pembelian (purchasing dept), manajer saya memperkenalkan satu fitur/sistem untuk mengetahui kekuatan kami (saya dan rekan kerja).
Kami dibelikan buku Strengths Finder 2.0 sebagai perkenalan, dan di dalamnya terdapat access code ke website strengthscentre agar dapat melakukan tes untuk mengetahui top 5 signature themes dalam diri.
sumber gambar : Google
Don Clifton, dijuluki Father of strength psychology dan Inventor of CliftonStrengths, mengklasifikasikan strength menjadi 34 tema (themes), ke dalam 4 domain, yaitu executing, influencing, relationship building, dan strategic thinking.
Setiap initial test akan memunculkan 5 signature themes (semakin banyak yang ingin diungkap, harganya semakin mahal), dan hasil saya berurutan dari yang paling dominan adalah Input, Learner, Ideation, Responsibility, Intellection.
Kebetulan empat dari lima tema yang saya miliki masuk ke kategori strategic thinking alias si pemikir.

Setelah selang sekian lama, walaupun saya sudah meninggalkan perusahaan itu, manajer saya kemudian mem-follow up untuk merealisasikan rencana pengembangan diri tsb. Saya diminta untuk mencetak dan mempelajari hasil laporan (printed on Nov 29th 2016), meliputi penjelasan tema, action plan yang bisa dilakukan dsb.

Setelah membaca hasil laporan, akhirnya saya jadi lebih memahami alasan kenapa saya begini dan begitu.
Input cenderung untuk mengumpulkan dan menyimpan sesuatu. Baik itu benda koleksi maupun informasi. Dan itulah mengapa saya mempunyai banyak koleksi barang (penghapus dengan variasi bentuk dan warna, perangko, alat/bahan keterampilan, surat dan kartu pos kiriman teman, dll), catatan berisi langkah kerja atau informasi mekanis dari perusahaan saya bekerja di waktu lampau, serta buku harian dari jaman kuliah dulu.
Meskipun mama saya menganggap itu semua sudah patut dibuang, tapi tetap saya mempertahankan untuk menyimpannya.
Learner, menikmati proses belajar, selalu dipenuhi rasa penasaran/ingin tau (bukan kepo lho yaa..)
Ideation, kreatif, sering melontarkan ide yang mungkin tidak terpikirkan oleh orang lain, bisa menghubungkan beberapa poin dan merangkumnya menjadi satu kesimpulan.
Alhasih, kadang guyonan saya jadi jayus/garing karena si pendengar kurang bisa menangkap maksud saya. 
Responsibility, memiliki rasa tanggung jawab dan kepemilikan (ownership) yang cukup tinggi.
Bila sudah berjanji atau bertekad melakukan sesuatu, maka saya akan berusaha untuk menyelesaikannya. Walau kadang membutuhkan waktu yang lebih panjang dan lebih sering mengejar detik-detik terakhir (last minute) menjelang dead-line.
Itu pula sebabnya saya bisa berkutat di kantor hingga larut malam, padahal rekan kerja yang lain pulang tenggo atau tepat waktu.
Intellection, suka menghabiskan waktu sendirian untuk berpikir atau merenung. 

Okelah, saya akui semuanya bersifat pasif (tidak ada dampak perbuatan secara langsung) namun saling berkaitan.
Saya seorang pelajar (learner) yang baik karena saya suka membaca dan mengumpulkan informasi (input). Melalui proses berpikir (intellection), maka akan muncul ide-ide baru (ideation). Bila berhasil menemukan activator atau penggerak, maka proyek tsb bisa saya realisasikan dengan serius (responsibility).

Salah satu contoh sukses yang saya rasakan : untungnya saya tak langsung melupakan sistem administrasi/akunting SAP yang pernah digunakan di BSD sekitar tahun 2009-2010, karena kemudian saya bertemu lagi dengan SAP di perusahaan Julong tahun 2013/2014. Dari yang semula hanya sebagai end user, akhirnya saya jadi lebih mendalami sistem, mampu membuat setting konfigurasi dan menjadi system support.
Bisa dibilang from hero to zero..
Dan terus terang, saya cukup bangga dan kagum dengan kemampuan menyerap informasi yang saya miliki ini. Hehe..

Berharap dengan adanya pendampingan dari eks manajer saya (as coach), saya bisa lebih fokus dalam menjalani dan mengejar cita-cita saya. Aminnn..

© by WP
Drw 221216

Tuesday, November 22, 2016

Kwartet

Sampai beranjak dewasa, saya mempunyai beberapa grup pertemanan. Ada grup teman SD, SMP, SMA, kuliah, eks teman kerja, dsb.
Di artikel ini saya ingin menceritakan tentang teman2 yang saya kenal pada saat menuntut ilmu di Taiwan, tepatnya pada masa transisi/persiapan sebelum benar2 masuk ke perguruan tinggi/universitas.

Perkenalan tokoh:
EP, gadis asal Semarang. Cenderung diam dan serius, sering tampak sedang berpikir di saat mendengarkan lawan bicaranya.
YS, gadis yang lahir di Jakarta tapi kampung halamannya Medan. Easy going, terlihat selalu ceria, gemar mencoba hal2 baru.
NS, gadis asal Salatiga. Mungkin karena pengaruh bawaan orang Jawa, selalu mengalah dan nrimo. Tapi bisa juga teguh mempertahankan pendiriannya.
masa2 kuliah, berfoto di Taipei Main Station

Prolog:
Pertama kali bertemu dengan NS dan EP adalah di airport Semarang. Saat itu ada juga beberapa orang lainnya yang bertujuan sama, yaitu menuntut ilmu di Taiwan.
Ternyata kami mempunyai satu perantara (panitia pengurus keberangkatan studi ke Taiwan) yang sama, yaitu guru Yang, yang bertanggung jawab untuk area Jawa Tengah.

Setiba di Taiwan, kami (para calon mahasiswa/i dari Indonesia) ditempatkan di satu institusi yaitu Qiaoda, preparatory school for overseas student, berlokasi di daerah Linkou di kota Taipei.
Di sana saya berkenalan dengan YS yang merupakan teman dari kakak EP semasa belajar bahasa di Furen Language center. Juga berkenalan dengan beberapa teman baru, sebut saja Nia, Ling2, A-Qing, Handoko, Joko, Helen&Henny, Marta&Maria, dll. Ada juga teman2 kelas dan teman makan (kami tinggal di asrama. Pada saat jam makan, para penghuni satu kamar perempuan akan diatur untuk duduk semeja dengan penghuni satu kamar laki-laki)..

Cerita utama:
Semula tak mengenal, akhirnya menjadi teman
Senasib sepenanggungan merantau di negeri asing
Beda sifat dan pemikiran tak jadi halangan
Bersama menimba ilmu, bermain, berjalan keliling
Walau selisih pendapat dan berlawanan,
tak sebabkan kami saling menjauh dan berpaling

Banyak hal yang kami lakukan bersama. Belajar, jalan2, jajan dan belanja, bermain biliar, dsb.
Setelah masa persiapan selesai (kurang lebih 1,5 bulan kemudian), kami berpencar. Ada yang memperdalam bahasa di Qiaoda, atau langsung kuliah seperti halnya saya.
Selepas kuliah pun, kami bertempat tinggal dan berprofesi yang berbeda-beda. Saya, EP dan NS kebanyakan berdomisili di Jakarta kota, sementara YS yang mengambil sastra Jepang kemudian bertolak ke negeri sakura dan bekerja di sana, terkait bidang pendidikan.
Beberapa tahun lalu kami sempat bertemu dan bahkan ikutan menginap di fasilitas yang disediakan saat instansinya datang pameran di Jakarta.. 
kapan lagi bisa merasakan empuknya ranjang di hotel elite?

Epilog:
Meski raga di kota, negara, pun benua berbeda,
namun tali sahabat terjalin di mana berada
Kami jarang bersua, jarang pula bertutur sapa
Sesekali bertemu, bersantap, dan bertukar cerita
Mengenang dulu, berkisah kini, menata rencana
Harapku pertemanan ini kukuh selamanya..

Ya, kami mungkin tidak selalu saling mengirim pesan, menanyakan kabar, bertelepon dsb.
Tapi sekiranya ada kesempatan, kami selalu meluangkan waktu untuk bertemu walau sekadar makan malam ataupun nongkrong.
Semoga sampai kapan pun kami masih bisa berteman. Bahkan sampai ke generasi2 berikutnya..
foto terbaru di salah satu restoran dalam CP Jakarta
* baru sadar posisi berfoto saya dan NS selalu sama di ujung kanan..

© by WP
Drw 191116

Sunday, November 20, 2016

[WHV] Berkunjung ke Wisma Indonesia

Pada hari Minggu ku turut ayah ke kota..

Eh, salah..

Pada hari Minggu lalu tanggal 20 November 2016, konsul RI untuk area NT (berpusat di Darwin) yaitu bapak Andre Omer Siregar mengundang para perantauan dari Indonesia (baik yang menggunakan visa bekerja dan berlibur alias WHV atau visa pelajar) untuk makan malam bersama di rumah dinasnya, akrab disebut Wisma Indonesia.
tampak depan Wisma Indonesia, dengan ornamen burung garuda di samping pintu
Tujuan acara ini adalah untuk berkumpul (so pasti!), berkenalan dengan wajah-wajah baru sekaligus membina keakraban dan kekeluargaan di antara sesama warga negara Indonesia yang terdampar di Australia, terutama di kota Darwin.
Pak Andre berharap agar ke depannya, setiap muda-mudi yang baru tiba di Darwin dapat segera melaporkan diri di konsulat, agar pendataan lebih akurat dan dapat dibantu apabila ada masalah terkait visa, kondisi kerja, dsb.
bu Rika dan pak Andre, selaku konsul RI di Darwin
Di samping itu, beliau juga mendorong agar kaum hawa dapat bergabung dalam gerakan Dharma Wanita yang dipimpin oleh istrinya, ibu Rika Anindhita Siregar. Disampaikan pula bahwa dalam waktu dekat akan diadakan pagelaran busana batik (dan mungkin pentas seni) untuk memamerkan keindahan dan kekayaan tradisi dalam negeri.

Sebulan berlalu dari saat pertama kali menginjakkan kaki di negeri kangguru, rasanya acara makan malam ini telah menawarkan obat kangen pada cita rasa Nusantara. Daun singkong dimasak gulai, bakso, rendang, cendol dan lain-lainnya. Yumm..
ruang makan elegan dengan meja panjang, kondisi kosong
kondisi saat diisi manusia2 kelaparan

Pak konsul banyak menyampaikan harapannya pada generasi muda Indonesia, terutama kami yang telah berani mengambil keputusan untuk meninggalkan keluarga, teman-teman dan mungkin juga kehidupan nyaman yang dimiliki di Indonesia (istilah kerennya, berani keluar dari comfort zone) menuju ke kota antah berantah yang berhawa panas, kecil dan tidak seramai kota lainnya di Australia seperti Melbourne atau Sydney.
Beliau pun berpesan agar kami dapat membentuk suatu komunitas kecil yang solid. Walau di Darwin ini kalah bersaing dalam hal jumlah pendatang, namun kami bisa menjaga keharmonisan dan kekompakan.
siap2 ber-wefie ria
beginilah hasil fotonya

 Di penghujung acara, tak lupa mengabadikan momen bersama sebagian dari keluarga besar..
foto bersama

Pak Andre tergolong gaul dan eksis juga lho..
Terbukti dengan cetusan idenya untuk mengikuti gaya kekinian, mannequin challenge

Ucapan terimakasih ditujukan kepada :
- pak Andre, bu Rika dan anak-anaknya, yang telah menyediakan ruang dan waktu untuk jamuan makan malam
- Al Rifki yang menyebarkan undangan ke teman2 WHV Darwin untuk berpartisipasi di acara ini.
- staf konsulat RI yang telah menyambut kami dengan ramah.
Terimakasih terutama untuk seksi dokumentasi atas sumbangan foto dan videonya.
- asisten rumah tangga yang membantu mempersiapkan santapan, serta menjaga kebersihan dan kenyamanan di dalam wisma..

Sekian, sampai jumpa di lain kesempatan ya teman2.. 😀

Drw 011216
© by WP

Tuesday, November 1, 2016

Curcol Pengangguran


 Sudah lama tak kurasa tenang seperti ini..
Hanya suara burung, ombak, dan angin menemani.
Menatap ufuk di kejauhan,
serta riak air berkejaran.. 

 Dua minggu merantau di benua hijau
belum juga kutemukan pencaharian.
Walaupun muncul resah dan risau,
tapi ku coba terus bertahan.
Ku yakin garis sudah diatur,
hanya menunggu waktu berulur..

 

* tak sengaja menemukan pantai yang indah di dekat lokasi tempat tinggal

© by WP
Drw 311016

Bintang Harapan

Tengadah wajah menatap langit pekat..
Sepi tanpa rona bulan yang memikat,
ramai oleh cahaya bintang gemerlap..
Sejenak kuterdiam dan menitipkan harap,
"Aku ingin masuk dalam lubang kelinci itu.
Berpacu waktu menjamu tamu mengisi saku.
Bila ini bukan jalanku,
segera tibalah kans baru.."

* Ide setelah melanglang mencari pekerjaan dan kebetulan melihat satu coffee house bernama 'The Rabbit Hole'

© by WP
Drw 291016 

Sunday, October 30, 2016

Me and My Sist

Artikel ini sebenarnya sudah terpikirkan dari tahun lalu, tapi baru selesai tercetus di penghujung tahun 2016.
Jangka waktunya hampir setahun juga. Ckck..

Dulu sepertinya kami tidak begitu akrab. Setelah agak dewasa, masing2 kuliah dan bekerja, barulah mulai sering berbagi cerita dan pemikiran.

Saya dan dia bisa dibilang ibarat matahari dan bulan. Bukan karena kami tak pernah muncul di saat bersamaan, tapi lebih kepada sifat kami yang berlawanan. Saya merasa bahwa saya lebih menyerupai matahari yang bersinar kuat dan dia bak rembulan yang bersinar lembut.

Di Pantai Pangandaran
Saya cenderung tomboi dan kurang memperhatikan penampilan luar, sementara dia cukup sering menguras dompet untuk membeli produk kecantikan, seperti kosmetik, pemutih kulit, penghilang jerawat dan bekas luka, serta produk pelangsing. Padahal dia sama sekali tidak gemuk..
Mungkin bawaan karena terlahir di bawah zodiak virgo, si gadis ayu nan feminin..

Acara resepsi kakak di Hotel Sunlake, Sunter
Saya seorang yang santai (gerakan agak lamban) dan fleksibel terhadap perubahan rencana, namun dia seorang yang sangat ketat pada peraturan dan waktu. Ada sedikit saja yang tidak berjalan sesuai dengan rencananya, maka ia akan merasa tertekan..

Tak ingat sedang event apa..

Sifat saya agak keras kepala dan tak suka diatur. Makanya di dalam keluarga sering berselisih paham dengan mama. Dialah yang menjadi penengah yang mendengarkan keluhan saya maupun celotehan mama.
Terlalu sering sabar hingga akhirnya cenderung jadi yang tertindas.
Sorry for that, sist..

Saat menghadiri pernikahan sepupu di Taiwan

Di bidang pendidikan pun berkebalikan. Nilai akademik saya lumayan bagus, tapi tak terlalu bergaul dengan teman2 (hanya sedikit yang dekat), dan si adik nilai akademik biasa saja, tapi lebih pandai bersosialisasi.
Lucunya, saya hampir menjomblo sepanjang hidup (hingga hampir usia 30th ini), dan dia hampir tak pernah vakum. Ada aja lawan jenis yang mendekat atau terlibat status pacaran dengannya..

Trip keluarga ke Bali
Terakhir soal makanan.. Saya omnivora dan dia lebih suka makan sayuran dan umbi2an. Bila ada sesuatu yang berbau dan susah dikunyah, maka akan di-blacklist dari menu makanan berikutnya.

* Baru sadar juga, tiap kali berfoto posisinya tak berubah, saya di kanan dan dia di kiri.. 
Yes, I always right. Haha.. (kumat keras kepalanya)

Jadi teringat lagu dari penyanyi Taiwan, A-Mei 張惠妹, berjudul 姊妹 (sisters).


Hm, last but not least, "妳是我的姊妹, 妳是我的 baby.."
loph you full..

© by WP
Drw 301016

Friday, October 28, 2016

[WHV] Shopkeeper di Kakadu - sub 2

Melanjut cerita sebelumnya..

Setelah perjalanan hampir 3 jam, kami pun tiba di lokasi toko.
Terdapat di daerah Oenpelli (Rd) dan bernama Gunbalanya Service Station. Serupa minimarket, menjual kebutuhan sehari2, makanan paket atau langsung jadi, pulsa dan di luarnya terdapat gas station (untuk menambah bahan bakar kendaraan bermotor, terutama mobil).
Yah, namanya juga satu2nya toko di pedalaman, jadi palu gada, apa lu mau, gw ada. Hehe..
tampak luar toko

Karena terletak jauh dari kota, maka karyawan mendapatkan fasilitas tempat tinggal (mess). Bentuknya seperti kontainer yang sudah dirombak dan disekat menjadi beberapa kamar.
Mess ini letaknya berseberangan dengan toko. Cukup berjalan kurang dari 1 menit.
tampak luar mess

Lingkungan tempat tinggal pun lumayan bagus. Terdapat pelataran hijau dan ada pavilion di sana..

Dan beginilah pemandangan yang terlihat dari arah mess..

Pekerjaannya tidak susah, hanya saja perlu tenaga lebih. Kita harus jeli melihat mana barang yang sering dibeli (fast moving item) dan segera mengisi kembali rak tsb (restock shelves). Memindahkan barang dari gudang ke area toko, membongkar kardus agar mudah dibuang dan didaur ulang, juga membersihkan area toko di akhir hari.
Saya juga diajarkan cara mengisi BBM dan membuat burger berisi bacon maupun dengan ekstra patty beef.
Lumayan buat tambah pengalaman..

Sayangnya, saya tak bertahan lama di sana.
Pada sore hari pembayaran upah, saya belum juga mendapatkan info TFN (Tax File Number, serupa NPWP di Indonesia), dan menurut pihak perusahaan (diwakilkan oleh bu bos), hal tsb ilegal dan bisa merugikan perusahaan (perusahaan yang ketauan merekrut karyawan yang tidak terdaftar pajak akan dikenakan denda cukup besar, demikian pula karyawan yang bersangkutan).
Setelahnya, saya coba menghubungi kakak saya di Adelaide karena saya menitipkan TFN di alamat rumahnya. Seminggu berlalu dari proses pengajuan dan seharusnya sudah bisa didapatkan. Benar lah, dan kemudian saya susulkan data tsb ke manajer toko.
Selama masa menunggu dikirimkan data TFN pun saya tak boleh bekerja di toko. Coba lihat betapa mereka sangat mematuhi peraturan (sebenarnya ada pertimbangan keselamatan kerja juga sih..)

Saya sempat berpikir untuk lanjut bekerja. Namun kemudian satu per satu kekurangan saya disebutkan: cara bekerja lambat/kurang gesit, tak bisa mengemudi mobil (ada kalanya kita perlu mengantar pulang customer yang berbelanja banyak dan tak bawa kendaraan), dan tak bisa tinggal lama/menetap (rencana saya hanya tinggal di Darwin beberapa bulan saja, kemungkinan 4 bulan).

Secara keseluruhan, dari segi hubungan dengan bos (si kumbang), lingkungan tinggal, konten pekerjaan, upah, keharusan berkomunikasi dengan penduduk sekitar tidaklah masalah. Namun akhirnya saya memilih mundur dari pekerjaan karena saya merasa bahwa kalaupun saya berusaha keras untuk menjadi lebih baik, bila yang (terlanjur) mereka lihat adalah kekurangan saya, maka apa yang saya kerjakan adalah percuma.

So, goodbye Kakadu..

© by WP
Drw 261116