Wednesday, February 12, 2014

Petikan Jiwa

Di tengah malam yang sunyi sepi,
aku termenung di sisi terali..
Terdengar merdu alam menemani,
dan senandung gitar mengiringi..
Kucoba cipta sealun melodi,
ungkapkan apa di sanubari..
Ingin buatmu sekadar mengerti,
betapa aku sayang dan perduli..

Ide menulis puisi di atas muncul ketika saya sedang berkumpul dengan teman2 di Taman Ayodya, sebuah taman umum di sekitar Blok M, Jaksel.
Di sana berseliweran sejumlah kelompok musisi jalanan yang menyanyikan lagu cinta populer. Entah untuk kesenangan semata atau memang itulah perasaan mereka yang sesungguhnya..
Sementara itu, ada juga yang menyuarakan aspirasi mereka untuk negara kita tercinta, Indonesia, dalam lirik karangan sendiri..

Dalam dendangku tersirat ironi,
haru meratapi nasib negeri..
Bila dapat seperti dulu lagi,
yang konon 'gemah ripah loh jinawi'..
Ke mana pula budi pekerti?
Senyum ramah dan kerendahan hati.. 

Pada kenyataannya, banyak kisah yang buat saya kadang mengelus dada..
Lahan kita berkali lipat luasnya dari negara lain, sawah dan hutan pun membentang, tapi kenapa masih belum sanggup penuhi sebagian besar kebutuhan dalam negeri?
Bisnis properti yang 'menjanjikan' membuat yang kaya makin menggemuk, yang miskin makin terpuruk..
Satu orang atau instansi bisa memiliki beberapa akta kepemilikan tanah atau rumah, tapi sisi lain ada juga sekeluarga yang beratap langit terbuka..
Saat bahasa tidak lagi menunjukkan citra bangsa, banyak adaptasi bahasa asing, salah pengejaan, dan satuan kata mengalami pergeseran makna atau menimbulkan kerancuan arti.. 
Juga tidak berhenti heran kenapa ada saja pihak yang menganggap tindak kekerasan merupakan salah satu cara menyelesaikan suatu perkara..
Capek juga tiap kali mendengar atau mengucapkan 'ini Indonesia cuy..' untuk membenarkan apa yang tidak semestinya terjadi..

SB Cdg 12022014
© by WP

No comments:

Post a Comment

Left your comment..