Wednesday, May 1, 2019

Bermain Sambil Belajar


Belakangan ini saya lumayan sering bermain game HP, yaitu Candy Crush Saga, saking banyaknya waktu luang..
Agak telat sih.. Beberapa tahun yang lalu permainan ini sudah mulai digandrungi para pemilik smartphone (bisa juga dimainkan via FB kalau di-sinkronisasi), namun saya masih lebih memilih jenis permainan lainnya, misal Sudoku, Brain Wars dan sejenisnya.

Inti permainan ini adalah membentuk garis lurus yang terdiri dari 3-5 permen/bola yang sama warna atau kombinasi bentuk L dan T untuk mendapatkan bola ajaib yang memiliki kesaktian khusus.

Ada kalanya, di tengah permainan saya mendapatkan beberapa pencerahan. Menyadari bahwa permainan ini mempunyai nilai serupa dengan kehidupan yang kita jalani :
1. Level permainan
Pada dasarnya, hidup ini ibarat permainan tsb yang terdiri dari beberapa level atau tahapan. Ada kalanya semua berjalan lancar dan menyenangkan, namun tak jarang kita menemui kendala ataupun hal-hal yang kurang mengenakkan.
Seiring dengan perjalanan tsb, maka kita tumbuh berkemabang, menjadi lebih mahir dalam bermain, mempunyai cukup bekal untuk menghadapi tahapan selanjutnya.


2. Challenge and Strategy
Di setiap level permainan, ada target yang mesti dicapai. Misalkan menghancurkan sejumlah jelly, blocks, atau lingkar karet; menjatuhkan buah-buahan di lokasi tertentu; atau untuk mendapatkan sejumlah nilai dengan batasan pergerakan (moves), sebelum bom waktu meledak.
Demikian pula kita perlu menetapkan tujuan hidup dan mencoba untuk meraihnya. Dianjurkan terlebih dahulu mengamati medan permainan, mengenali hambatan, demi memudahkan kita memasang strategi untuk menyelesaikan masalah..

3. Features
Ada beberapa bantuan yang ditawarkan, misalnya color bomb untuk menghancurkan semua bola berwarna sejenis, popsicle untuk menghancurkan satu bola, free hand untuk memindahkan bola tanpa mengurangi jumlah move tersedia, dll
Terkadang kita memerlukan uluran tangan dari pihak luar di saat mendesak, walaupun kita ingin menyelesaikan masalah secara mandiri. Tidak perlu gengsi/malu meminta tolong, kecuali kalau rasa gengsi itu saja bisa membantu.

4. Rewards/Bonus
Kita hanya hidup sekali atau istilah kerennya YOLO (you only live once). Hendaknya jangan terlalu keras pada diri sendiri. Kegagalan mungkin terjadi dan adalah hal yang lumrah. Yang penting kita sudah pernah mencoba sekuat tenaga.
Untuk usaha-usaha yang telah kita lakukan, pantaslah mendapatkan reward (penghargaan). Tidak perlu mahal, bisa berupa hal sederhana: pergi berlibur setelah penat bekerja selama beberapa bulan atau tahun, menghabiskan waktu bersama teman-teman, atau mungkin membeli makanan favorit atau barang kesukaan yang biasanya kita perlu pikir berulang kali sebelum menghamburkan uang.

5. Take a breakApabila kita stuck/terhenti di satu level, ada baiknya kita istirahat sejenak, sambil menunggu mendapatkan kembali 'nyawa' atau Full lives.
Terkadang saking kita terlalu fokus pada satu masalah, pikiran menjadi lelah, tak bisa berpikir jernih dan ujungnya buntu.
Cobalah melakukan sesuatu yang lain sebelum memulai kembali permainan..

---
Menurut saya, hal minus permainan ini cuma satu. Gambar/karakter di dalamnya lumayan lucu dan tak sulit dimainkan (cuma sentuh layar dan geser kanan kiri atas bawah), sehingga mudah memancing rasa penasaran untuk terus bermain hingga lupa waktu. Ha..

level = angka tahun kelahiran..
 
SB Husada 01052019
© by WP

Monday, March 11, 2019

Manly Beach, Here I Come!!

Sedari awal, saya menghindari untuk tinggal di kota yang padat penduduk, terutama Sydney. Tapi siapa sangka, saya malah mendarat di Manly, salah satu kota pantai dari sederetan Northern Beach di NSW (New South Wales, state di mana Sydney berada).
Bermula dari selesainya masa bakti saya (ciee, formal abis..) untuk melengkapi 88 hari kerja persyaratan mendapatkan second year visa, saya kemudian mencari next destination sekaligus apa yang bisa dikerjakan. Waktu itu saya iseng-iseng juga browsing lokasi gym atau lapangan untuk bermain voli di sekitar Darwin dan around Australia (one of my favourite sport), tak sengaja melintaslah iklan Volleyfest 2018 (ajang pertandingan voli pantai internasional) yang membutuhkan volunteer. Tanpa pikir panjang, saya kemudian mendaftarkan diri secara online. Setelah positif diterima oleh pihak panitia, saya lanjut cari tiket menuju Sydney dan tempat tinggal di Manly.
salah satu adegan pertandingan final di Volleyvest 2018

Tidak ingat bagaimana ceritanya, saya bisa mengetahui rute perjalanan menuju ke sana (most probably sih atas bantuan om Google maps).
Setibanya di bandara nasional Sydney, saya membeli kartu Opal (one for all transportation di NSW) via vending machine, naik MRT (serupa KRL di Indonesia) menuju ke station Circular Quay, lalu menyeberang ke Manly Beach menggunakan ferry.
pemandangan sesaat sebelum bersandar di pelabuhan Manly


Di atas ferry saya melihat ada beberapa orang berbicara dalam bahasa asing. Dari cara mereka berpakaian, saya menebak bahwa mereka bekerja di bidang perhotelan. Makanya saya agak tenang dengan kemungkinan saya bisa kembali bekerja sebagai HK untuk meneruskan hidup.
Setibanya di sana, saya langsung jatuh cinta dengan suasana pantainya, pemandangan laut dan ombak, semilir angin dan kicau burung (maklum, baru saja meninggalkan kota Darwin yang terkenal gersang dan memiliki iklim nyaris sama dengan Indonesia). Saat itu juga, saya memutuskan untuk extend tinggal di sana, dan berencana berkeliling mencoba mencari pekerjaan.

Sebenarnya jarak antara Manly Wharf ke hostel yang saya pesan, Manly Backpacker, tidak terlalu jauh, hanya sekitar 2-3 blok saja. Tapi barang bawaan sayalah (di foto kanan, tumpukan di sebelah kiri) yang bikin perjalanan terasa berat..

Serunya tinggal di hostel, kita bisa bertemu dengan backpackers/WHV holder dari beberapa negara berbeda, contohnya UK, Brazil, Argentina, Italia, US, dll. Lumayan juga buat berlatih bahasa Inggris dengan aksen-aksen ajaib. Ha..
Hostel tsb memiliki beberapa fasilitas antara lain ruang mandi dan toilet, laundry room, ruang komputer dan movie, pool table, living room, pantry dan dining room.

Ajang Volleyfest berlangsung selama 1 minggu. Dalam masa itulah saya mencoba metode sebar resume door-to-door. Dan bersyukurnya, saya tinggal di negara yang memiliki perpustakaan umum hampir di setiap kota, lengkap dengan fasilitas internet dan printer.

Ada beberapa toko pakaian yang memasang iklan mencari sales assistant di jendela etalase mereka, tapi berhubung saya sadar bahwa kemampuan komunikasi saya kurang baik, bukan tipe narasif, argumentatif, atau persuasif, saya melupakan peluang tsb. Pilihan kemudian jatuh ke hotel dan restoran2 sekitar. Agak susah mencari pekerjaan dengan wajah Asian seperti saya (oh yea, I do think local people here are a bit racist compare to those in Darwin), but I must be positive and keep on searching..

Beberapa pekerjaan yang pernah saya jalani adalah sebagai waitress di Izumi Japanese Restaurant (the longest I have here), junior sales assistant di Paul's Warehouse - Balgowlah, massage therapist di Real Chinese Massage - Manly dan Grace's Oasis Massage - Dee Why.
Sempat trial di restoran sebagai kitchen hand, tapi di-cut di hari itu juga. Saya pun merasa cara kerja saya agak pelan (belum pernah bekerja di dapur dan menggunakan dish washing machine) plus tinggi badan kurang memadai (perlu meletakkan kembali piring2 yang sudah dicuci ke rak yang posisinya agak tinggi). Agak sayang sih, soalnya manager-nya good looking and helping. Ha..

Berikut beberapa foto pemandangan sekitar Manly Beach:
1. Rona langit pantai kala siang dan senja..

2. Hiruk pikuk di pantai
Segerombolan orang
Sekawanan burung camar (seagulls)

3. Shelly Beach
 
Lokasi Shelly Beach bisa dijangkau dengan berjalan kaki sekitar 10-20 menit dari Manly Beach. Sesekali saya dan penghuni hostel lainnya bermain dan minum2 di sana (ssstt..)
Pernah juga (entah kesurupan apa) saya berenang di sana pada pagi hari. Padahal saat itu NSW sudah memasuki musim dingin. Lebih hebat lagi, ada beberapa orang lansia yang konon sudah biasa berenang bolak-balik dari Shelly-Manly di pagi hari.

4. Opera House different angle, time and weather..

Long story short, perjuangan mencari pekerjaan di Manly dan sekitarnya tidak berjalan baik, besar pasak daripada tiang. Dan karena itulah, saya memutuskan untuk berpindah ke destinasi selanjutnya, yaitu Canberra (ACT), karena lokasinya yang berdekatan dengan Sydney/NSW dan searah jarum jam di atas peta.

See you around!

Pesan : Jangan terpaku di satu tempat atau suatu hal terlalu lama, terutama pada saat kalian merasa sepertinya perjalanan tidak begitu mulus.

© by WP
SB Blok M 11032019

Sunday, March 10, 2019

Ngebolang ala WHV

Perjalanan Work and Holiday Visa (WHV) saya dimulai tanggal 15 October 2016 dan berakhir 16 Oktober 2018 (timeline pengajuan WHV bisa klik di sini, pengajuan 2nd year di sana). Selama 2 tahun tsb, saya sudah mengunjungi tiap state di Australia (jumlah total ada 8 states), kecuali Queensland. Masa tinggal paling lama adalah di Canberra, ibukota Australia, yang kepopulerannya ada di bawah Sydney dan Melbourne. Mungkin tergantung pada kepribadian masing2, apakah lebih suka keramaian atau lebih suka tempat yang agak sepi dan suasana alamnya masih terasa. 
Pada awalnya saya berniat untuk melakukan harvest trail, yaitu berpindah keliling Australia sesuai dengan musim panen yang ada. Kebetulan saya lulusan hortikultura (tanaman budidaya), maka saya berpikir ini bisa jadi kesempatan yang tepat untuk bekerja di bidang perkebunan, tanpa perlu khawatir dengan pemasukan yang rendah dan pandangan remeh dari orang awam (mengingat pekerjaan bertani dan bersawah jarang ditemukan di perkotaan di Indonesia). Udah niat banget, sampai bikin mapping setahun, bulan sekian sampai sekian ada panen apa di daerah mana dst.
Sayangnya, kenyataan tidak sejalan dengan rencana. Karena saya berbekal dua koper, satu hand carry, solo traveller, plus ngga bisa nyetir, jadi agak repot untuk berpindah-pindah lokasi seperti yang saya inginkan. Akhirnya saya lebih banyak mendekam di daerah perkotaan atau suburb, antara lain: Darwin-NT, Manly-NSW, Canberra-ACT, McIntyre-VIC, Narembeen-WA, dan Elizabeth Park-SA. Satu state lain yaitu Tasmania, sekedar untuk short trip selama seminggu. Sempat juga transit di Sydney, Melbourne, Perth, Adelaide untuk melihat2 suasana kota dan mengunjungi beberapa destinasi wisata.
Secara garis besar, masa tinggal di beberapa kota tsb adalah:
1. 16/10/16 - 14/03/17 Darwin
2. 15/03/17 - 09/07/17 Manly (bonus cerita jalan2 sekitar Sydney and suburbs)
3. 09/07/17 - 04/07/18 Canberra (diselingi dengan transit trip di Melbourne, travelling ke Tasmania dan volunteer di McIntyre)
4. 05/07/18 - 17/09/18 Perth dan Narembeen (serta trip di Fremantle dan Rottnest Island, escape trip ke Sydney and Canberra, again!)
5. 17/09/18 - 16/10/18 Elizabeth Park (dan Adelaide sekitarnya)

Pekerjaan yang saya lakoni kebanyakan di bidang hospitality, contohnya housekeeping di hotel (membenahi kamar check out dan atau stay over) dan juga pramusaji di restoran (istilah kerennya waiter/ress). Sempat ambil short course massage di Darwin, kemudian bekerja sebagai therapist di daerah Manly dan Dee Why. Pekerjaan lain adalah sebagai pekerja sukarela (volunteer) di sebuah ajang pertandingan voli pantai dan sebuah tempat penampungan hewan liar (wild life shelter).
Hampir semua pekerjaan di atas saya dapatkan karena menyebarkan resume/CV door to door. Sambil berjalan keliling kota mengenali area, sambil lihat-lihat mana perusahaan atau tempat usaha yang sekiranya sedang butuh pegawai. Lamaran yang saya ajukan via online (situs Gumtree, Indeed, Seek) malah banyak yang tidak berkelanjutan alias gugur. Mungkin saking banyaknya saingan pencari kerja.. Kebetulan saja, 2 pekerjaan volunteer tsb saya dapatkan dari iklan di FB.

Menurut saya pribadi, mumpung masih muda, ngga ada salahnya ambil kesempatan mengikuti WHV. Selain bisa melatih kemandirian, juga menambah rasa percaya diri, memperkuat mental, meningkatkan kemampuan berhitung dan membuat rencana, serta kemampuan bersosialisasi/berkomunikasi.
Saran saya, nikmati perjalanan selama WHV. Bukan hanya perjalanan traveling, namun juga perjalanan hidup sehari-harinya. Roda kehidupan terus bergulir, kadang kita di atas, kadang juga terpuruk di bawah. Jangan melulu terpatok dengan berapa banyak uang yang kamu peroleh, lihatlah pengalaman dan nilai hidup yang kamu dapat. Dan jangan terlalu sering membanding-bandingkan dengan rekan yang lain. Beda tujuan, beda gaya hidup. Ada yang ikut WHV untuk memperbaiki taraf hidupnya di kampung halaman, mati-matian bekerja siang malam untuk mengumpulkan uang (karena perbandingan gaji karyawan kantoran di Indonesia dan pegawai serabutan di Australia lumayan jauh), ada yang berniat meraba-raba sikon lokal sebelum akhirnya memutuskan untuk studi lebih lanjut, dan saya, lebih ke kesempatan untuk berpetualang dan mencoba kehidupan yang berbeda dari yang ada di negeri kita. Bisa ketemu jodoh mah bonus lah.. ha..

----
Sehubungan dengan tingginya tingkat pemberitaan/promosi tentang WHV (baik secara langsung atau tak langsung, sengaja atau tidak disengaja), maka makin banyak peminat dan proses visa (sampai dengan granted) makin mengulur. Tapi percayalah, semua penantian akan berbuah manis pada akhirnya..

Detail perjalanan dan pekerjaan di tiap daerah akan di-posting kemudian secara perlahan (so far baru terbit yang edisi Darwin-NT, Manly-NSW).
Harap bersabar dan mohon maklum..

© by WP
SB HW, 10032019

Friday, May 5, 2017

West vs East

Setelah setengah tahun lebih tinggal di Australia, saya menemukan/merasakan perbedaan dalam beberapa aspek kehidupan antara budaya barat (Western = W, dalam hal ini diwakilkan oleh Australia) dan budaya timur (Eastern = E, mewakili Asian, especially Indonesia), sebagai berikut:

- fisik atau perawakan
W : badan tinggi besar, rambut pirang, warna kornea mata beraneka (cokelat, biru, hijau, abu), mata besar seperti bola pingpong, hidung mancung, kulit putih cenderung merah dan (kebanyakan) berbintik
E : badan kecil mungil, rambut hitam, warna kornea gelap (cokelat hingga hitam), bentuk wajah biasa, kulit beragam dari kuning langsat, sawo matang, hitam legam..

- makanan dan minuman 
W : roti/ toast, burger, steak, chips (french fries), salad, wine, beer, kopi
E : nasi dan lauk pauk, jajanan kue dan gorengan, teh, kopi, jamu

- gaya berpakaian/fashion
W : sederhana, terbuka/minim (kadang terlihat belahan dada ataupun bagian punggung ke bawah)
E : cenderung lebih tertutup, maunya yang branded dan harga murah

- transportasi
W : teratur, ada halte tetap sehingga kendaraan umum tak sembarang naik turun penumpang (jika kita terlambat tiba di halte, walaupun bus baru bergerak 2 meter, kadang ada supir yang menolak untuk membukakan pintu)
E : tak beraturan, masih banyak kendaraan pribadi berseliweran. Proses pengajuan SIM bisa lewat agen, sehingga kadang ada saja pengemudi yang tak tau fungsi lampu sen dan arti rambu2.

- gaya hidup/tingkat konsumerisme, hiburan
W : beberapa public amenities (fasilitas umum, contoh taman bermain, alun2 kota, toilet) gratis, beberapa destinasi wisata tak memungut biaya karcis masuk atau parkir kendaraan. Acara TV kebanyakan social comedy atau acara talk show yang memotivasi
E : mementingkan prestis alias gengsi, cenderung suka berbelanja, sehingga mal atau pusat berbelanja menjamur di perkotaan. Acara TV dipenuhi dengan infotainment (acara gosip) dan sinetron, di mana ceritanya selalu tentang perseteruan dalam keluarga atau kisah cinta antara muda-mudi (lah, bagaimana anak SD tidak ikut2 pelukan dan ciuman di tempat umum?)
rasanya kangen dengan 'Keluarga Cemara', 'Lupus' atau 'Si Doel anak Sekolahan'

- sosialisasi
W : ramah, tak ragu menyapa atau memberi senyuman pada orang asing yang ditemui di jalan, berkomunikasi secara langsung dengan orang di sekitar, tak sering memegang HP dan perangkat telekomunikasi lainnya
E : lebih aktif menggunakan media sosial di dunia maya. makin banyak follower makin keren (bahkan sampai ada bisnis jual beli follower, duh!), saat berada di rumah makan, tak pelak check-in (post lokasi saat itu), update status, foto makanan dsb

- cara berpikir dan opini masyarakat
W : cenderung cuek, terbuka, menerima perbedaan (walaupun ada juga yang rasis, tapi jarang ditemui)
E : kritis berlebih (alias kepo), seringkali terpengaruh oleh pendapat orang-orang di sekitar, beranggapan bahwa mempunyai banyak uang/harta (kaya raya) sama dengan memiliki kuasa.

untuk dua poin di atas, kadang agak miris lihat kondisi di Indonesia saat ini..
Tentang seorang pemimpin yang tegas dan jujur namun dicekal sana sini, hanya karena beliau keturunan Tionghoa, beragama tidak sama dengan mayoritas penduduk Indonesia, walaupun Beliau bekerja GIAT dan JUJUR.
Juga dengan tokoh masyarakat yang lebih aktif menyampaikan pendapat mereka (dan atau curhat) di status media sosial yang berakhir perang status, serta artis sering memamerkan foto gaya hidup sehingga timbul kecemburuan sosial.

- pendidikan
W : tak pandang ras, status, usia, siapapun bisa mengenyam pendidikan (walau mungkin hanya kedok agar bisa mendapatkan ijin tinggal lebih lama)
E : sampai di usia tertentu, cenderung malu atau malas untuk menempuh pendidikan lebih lanjut

- cara mengasuh anak
W : anak punya hak untuk berbicara dan memilih apa yang mereka mau (berhubung saya bekerja sebagai pramusaji di restoran, tak jarang saya melihat sekeluarga dengan anak2nya, terkadang balita, dan mereka bisa mengobrol dan mendengarkan apa yang dikatakan si anak), tak dimanja, bebas beraktivitas dan berkreasi, tak khawatir anak bermain di ruang terbuka sampai baju kotor
E : orang tua selalu benar, bila tidak mengikuti nasehat orang tua berarti membangkang. Bila anak merajuk, maka akan diiming-imingi sesuatu, contoh membelikan makanan favorit atau mainan, anak sebaiknya duduk tenang dan bermain di dalam rumah, seringkali diberikan device (contoh smartphone, tab) sebagai sarana bermain

Sementara baru itu yang terpikirkan. Mungkin nanti terkilas lagi, atau barangkali ada yang mau menambahkan/menyumbang opini.
Tidak ada maksud untuk memuja negeri lain dan atau menjelekkan negeri sendiri.
Garuda masih di dadaku kok..

© by WP
Manly 05052017

Friday, April 28, 2017

30th bday

Ulang tahun kali ini agak sepi dari tahun-tahun sebelumnya.
Bila biasanya minimal ada acara makan2 bersama keluarga, tahun ini hanya bisa dirayakan sendiri karena posisi saya sedang di luar negeri, plus jauh dari teman-teman atau komunitas anak WHV Indonesia..

Dalam rangka merayakan berlalunya (atau datangnya?) dasawarsa ketiga, saya membuat pulasan warna-warni seperti tampak di bawah ini..

dikerjakan tengah malam dalam kurun kurang dari sejam

Bagi yang mengenal karakter saya, pasti tahu bahwa di setiap perkataan atau tindakan saya selalu ada maksud terselubung. Demikian pula komposisi dalam gambar.
Anggaplah sesosok manusia dalam gambar adalah saya. Berada di ambang pintu usia 30 tahun, membukanya perlahan dan terlihat pemandangan di baliknya. Tetap indah dan berwarna.
Cita-cita (GOAL, diibaratkan dengan gunung) sebenarnya berukuran besar, tapi tampak kecil karena jaraknya yang jauh. Niscaya bila kita memiliki niat untuk melangkah mendekati, maka kita bisa merasakan keagungannya.
Jalan menuju cita-cita tampak lebar dan tak bercabang. Semoga yang saya kerjakan saat ini (sedang ataupun akan) bisa membuka kesempatan yang lebih lebar menuju apa yang ingin saya capai. (Amin!)
Demi mencapai cita-cita, tentunya kita harus bekerja/belajar (WORK, rumput hijau). Rutinitas yang bagi kebanyakan manusia dewasa terasa monoton dan membosankan. Bangun tidur, mandi, sarapan, berangkat kerja, bersosialisasi, pulang kerja, makan malam, mandi, tidur, dst. Tapi kita bisa mengakalinya dengan selingan kegiatan hiburan (HOBBIES, rumput dan warna warni bunga) untuk sejenak melepas penat.
Demikian pula dukungan (SUPPORT, garis sepanjang jalan) dari keluarga dan teman-teman dibutuhkan dalam mencapai tujuan. (Ingat, keteguhan dan keyakinan diri tetap lebih penting. Meskipun orang di sekitar Anda tidak setuju atau memandang remeh apa yang Anda kerjakan, tapi bila Anda yakin dan sudah siap menerima kemungkinan gagal/kalah, maka tetaplah keukeuh pada prinsip Anda sendiri)
Bertambah usia berarti bertambah pula tanggung jawab (RESPONSIBILITY, pohon). Terus bertumbuh besar dan bila berada di lingkungan atau kondisi yang tepat maka akan berbuah manis.
Seiring dengan itu, banyak pula peraturan/norma sosial yang bermunculan, menyebabkan kebebasan (FREEDOM, awan) pun berkurang. Jauh di awang-awang, bobot semakin ringan, dan sewaktu-waktu mungkin menghilang terbawa angin.
Orang-orang tak dikenal (diibaratkan sang surya dan ufuk) datang dan pergi silih berganti, namun memberikan warna tersendiri dalam kehidupan kita. Dia mungkin saja penumpang busway, angkutan umum, atau pramusaji, pedagang kaki lima, serta petugas kebersihan yang sengaja atau pun tidak sengaja kita temui dalam keseharian.
Lahan sebelah kanan jalan kosong dan berwarna putih. Satu alasan adalah tak tahu lagi apa yang mesti ditambahkan. Ide lain yang terbesit yaitu biarlah tetap ada ruang kosong di hati yang dijaga kebersihannya. Jangan mudah tercemar dengan provokasi dan isu-isu SARA yang sedang marak belakangan ini.
(PS: Saya pribadi cenderung menjauhkan diri dari berita poleksosbud ataupun infotainment..)

Overall, saya masih optimis menjalani hidup, walau kadang terpuruk juga..
Harapan saya, hari ke depan bisa menjadi pribadi yang lebih baik (kalo kata mas Robbie Williams, to be a better man..). Tidak harus menjadi lebih kaya secara keuangan atau kepemilikan harta benda, tapi kaya pengetahuan dan pengalaman. Lebih bagus lagi seandainya bisa meninggalkan kesan yang diingat orang2 sekitar walaupun raga sudah di dalam liang kubur atau tersebar angin.

MV 28042017
© by WP

Tuesday, March 28, 2017

Second Year WHV

Pada tanggal 19 November 2016 (sebulan lebih setelah saya tiba di Australia) terbit kebijakan bahwa visa subclasss 462 (Work and Holiday Visa) sudah dapat mengajukan perpanjangan masa tinggal menjadi 2 tahun. Kabar ini jelas diterima dengan suka cita, terutama bagi yang senang travelling atau yang memang bertujuan meraup dolar sebanyak-banyaknya.
More time, more opportunity kan?

Bila pengajuan WHV tahun pertama menggunakan form 1208, maka WHV tahun kedua (selanjutnya disebut '2nd WHV') menggunakan form 1464.
Penjelasan (definisi), persyaratan dan form pengisian bisa dilihat/dibaca di https://www.border.gov.au/Forms/Documents/1464.pdf

Secara garis besar, syarat pengajuan 2nd WHV (462) adalah usia kurang dari 31 tahun, bekerja selama 88 hari di Australia bagian utara (Northern Australia) yang meliputi seluruh wilayah Northern Territory, juga sebagian Western Australia dan sebagian Queensland yang berada di atas garis Tropic of Capricorn (bila peta dilihat secara normal, dengan kutub utara di bagian atas..). Bidang usaha yang ditentukan yaitu agriculture & forestry (farming/perkebunan dan peternakan), hospitality & tourism (contohnya bekerja di hotel atau restoran), serta fisheries (penangkapan ikan termasuk pearling alias budi daya mutiara).
Agak berbeda dengan kembaran visa 417 (Working Holiday Visa) yang mengharuskan pemohon untuk bekerja di sektor pertanian namun bebas di mana saja di dalam Australia.

Proses pengajuan bisa dibagi menjadi dua jenis, yaitu off-shore dan on-shore.
Apabila pada grant notice letter WHV pertama ada condition yang menyatakan 'no further stay' maka mau tak mau kita harus meninggalkan tanah Ausie dan mengajukan permohonan dari Indonesia << off-shore.
Bila tak tercantum condition tersebut di atas, maka aman dan bisa langsung mengajukan permohonan extention selagi berada dalam negeri kangguru << on-shore.

Pengajuan permohonan bisa dilakukan via mail/post dan secara online.
Berhubung payslip saya dikirim via email, maka saya berpikir bahwa pengajuan online akan lebih mudah karena saya hanya perlu mengumpulkan/download semua payslip, kemudian menambah scan beberapa dokumen yang diperlukan.
Dokumen yang saya serahkan antara lain form 1464 yang telah diisi dan ditandatangani petinggi perusahaan tempat saya bekerja (boleh manager atau owner, tergantung skala bisnis), halaman identitas paspor, grant notice letter WHV pertama (sebagai pelengkap travel document), payslip, dan bank statement.

Proses pengajuan sbb:
1. Login ke website https://online.immi.gov.au/lusc/login
akan ada 16 pertanyaan meliputi identitas diri, kesehatan dan perilaku, pengalaman kerja, dsb.
Setelah selesai, barulah sampai ke halaman untuk melampirkan persyaratan.
Status : incomplete

2. tanggal 20 Maret, mengunduh semua payslip dari email.

Supaya payslip selama beberapa minggu bekerja bisa menjadi satu file saja, saya menggunakan fitur merge dari smallpdf.com. Bila file merge-nya terlalu besar, bisa di-compress dengan bantuan fitur dari ilovepdf.com.
Kenapa saya ngga lanjut pakai jasa smallpdf? Karena fitur compress sudah termasuk fitur premium alias harus bayar dan upgrade ke member pro or business.

Sambil menunggu juga bank statement dari Commonwealth..
Cara apply-nya, log in ke https://www.my.commbank.com.au/netbank/Logon/Logon.aspx
cari menu 'my account' lalu 'order statement' di bagian tab kanan, kemudian setting agar file tsb dikirimkan via email saja.

Setelah semua lampiran diunggah ke web immi Australia, maka status akan berubah menjadi ready to submit.

3. klik 'submit'
4. melakukan pembayaran untuk proses pengajuan 2nd WHV senilai AUD 440.
Karena pembayaran menggunakan kartu secara online, maka akan dikenakan biaya tambahan sebesar $4.31
5. terima tax invoice/receipt (proses ini selesai dengan sempurna di tanggal 21 Maret)
6. pada proses normal, ada tahapan untuk melakukan tes kesehatan atau medical check up (MCU).
Berhubung saya baru melakukan MCU saat pengajuan WHV pertama yang berarti kurang dari satu tahun lalu, maka saya cukup melampirkan nomor HAP ID dan menuliskan keterangan kapan tanggal MCU terakhir kali.
7. Visa granted tanggal 27 Maret (less than a week after submission)

---
Berikut beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan ke saya
Q: Visa pertamanya berlaku sampai kapan?
A: masih sampai pertengahan Oktober 2017

Q: Lalu masa berlaku 2nd WHV dihitung mulai tanggal berapa? Berlaku sampai kapan?
A: 2nd WHV berlaku sehari setelah WHV pertama expired. Dengan kata lain, masa tinggal di Australia adalah dua tahun semenjak pertama kali menginjakkan kaki di negeri ini.

Q: Sempat kerja apa di Darwin (NT)? Berapa lama?
A: Saya double-job, kerja housekeeping (hotel) dan sebagai pramusaji restoran.
secara rata-rata, bekerja di hotel seminggu 5 hari, 4-6 jam di pagi hari, dan di restoran kerja 3 hari selama 4-5 jam di akhir pekan. Totally worked in the hospitality industry for 4 months.

Q: Bagaimana cara menghitung 88 hari kerja persyaratan? 
A: Sebenernya belum ada peraturan resmi yang menuliskan secara gamblang bagaimana perhitungan hari kerja sebagai syarat untuk mengajukan permohonan 2nd WHV. 
Sempat beredar berita bahwa yang dipertimbangkan adalah besarnya upah yang diperoleh dalam jangka waktu seminggu. Nilai minimumnya adalah 38 jam (standar jumlah jam kerja per minggu) dikali dengan $17.70 = $672.60 before tax, akumulasi selama 13 minggu (setara 91 hari kalender).
Angka upah tsb tertera di dalam form 1464. 
Ada yang bilang lagi, itu mah buat pekerja full time, buat casual worker mesti tambah lagi 25%. 
Ah, ribet.. (memang dasarnya sifat saya agak ngeyel dan tak terlalu suka dengar 'kata orang').
Kemudian saya membuat tabel untuk mencatat dan memonitor jumlah jam kerja dalam seminggu serta upah yang saya terima. Beres kan?
Dalam form 1464, ditanyakan jumlah hari kerja sesungguhnya (actual number of days worked), saya isi dengan jumlah hari kerja (tanpa melihat jumlah jam kerja dalam satu hari) terhitung semenjak saya bekerja di perusahaan itu, bukan semenjak tanggal 19 November.
(Q) Lah kok gitu?
(A) ya karena saya bernaung di suatu perusahaan secara non-stop 4 bulan, saya menerima payslip semenjak saya mulai bekerja, dan manager ataupun owner pun sudah mengetahui dan menandatangani form 1464.
so, what's the problem? Saya toh ngga membuat informasi palsu..

Q: Bila berganti pekerjaan, apakah dihitung dari nol lagi?
A: Misalkan sempat kerja di farm (dengan gaji legal, bayar pajak) selama 15 hari (setara 3 minggu kerja dari hari Senin sampai Jumat tanpa jeda hari), lalu merasa ngga betah, pindah ke daerah kota dan bekerja di restoran. Maka jumlah hari kerja di resto akan digabungkan dengan jumlah hari kerja sebelumnya di farm.

---
Sekian, semoga bisa sedikit memberikan gambaran berapa lama Anda mesti bekerja untuk bisa memenuhi syarat mengejar 2nd WHV.
Selamat berjuang!!

© by WP
Manly 040417

Sunday, March 12, 2017

Debut Karir di Darwin III

LAIN-LAIN

Di artikel ini saya akan menceritakan beberapa potong pekerjaan saya yang berjalan singkat, juga beberapa sertifikat dan atau skill tambahan yang saya dapatkan selama berada di Darwin.

Pekerjaan tambahan
1. Sebagai penjaga stand makanan Thailand di dalam lokasi pasar Rapid Creek (1 hari, cash in hand)
Pekerjaan ini saya dapatkan karena kebetulan ada seorang teman yang berhalangan hadir untuk bekerja di hari itu.
Tugas saya adalah mengambil dan membungkus makanan sesuai yang ditunjuk pembeli, sekaligus menghitung dan menerima pembayaran. Di akhir hari, saya pun membantu mencuci perlengkapan dan membersihkan lokasi bekerja.

2. Sebagai tutor bahasa Indonesia (mengajar seminggu saja)
Ngga tanggung-tanggung, murid saya adalah beberapa staf AFMA, yaitu departemen yang mengawasi kebijakan tentang perikanan (bangga lho sempat bekerja untuk pemerintahan Autralia, walaupun secara tidak langsung), dengan level pemula dan yang sudah mempunyai dasar dan sedikit lancar berbahasa Indonesia.
Pekerjaan ini saya dapatkan secara tidak sengaja via online. Pengajuan job application di tanggal 11 November 2016, baru mendapatkan balasan seminggu kemudian. Karena berdekatan dengan perayaan Natal dan tahun baru, akhirnya proyek ini tertunda hingga Januari 2017.
Demi mempersiapkan bahan mengajar, saya sampai mencari referensi buku pengajaran bahasa Indonesia di perpustakaan, juga mencari artikel terkait kementerian perikanan dan kelautan Indonesia, termasuk kisah si menteri nyentrik, ibu Susi Pudjiastuti.

Sertifikat dan skill tambahan
1. Responsible Service of Alcohol (RSA)
Sertifikat ini dibutuhkan bila ingin bekerja di bidang Food and Beverage terutama sebagai bartender (menyajikan minuman beralkohol).

2. Responsible Service of Gambling (RSG/RCG)
Sertifikat ini dibutuhkan bila ingin bekerja di kasino atau gaming room, berkaitan dengan perjudian.

Untuk mendapatkan kedua sertifikat di atas, bisa memilih untuk menghadiri kelas dan mendengarkan material secara lisan, atau mengambil kursus secara online. Tidak sulit dan tidak memakan waktu lama, asalkan kemampuan bahasa Inggris melewati persyaratan WHV dan telaten membaca material. Bahkan boleh melihat slide presentasi pada saat mengerjakan soal tes (menyontek).
Kalau sedang beruntung, ada kalanya di website tersedia paket murah untuk kedua sertifikat tsb.
Dengan memiliki sertifikat di atas, diharapkan agar kita bisa memilah tamu yang (tidak) boleh/berhak memasuki premises (tempat usaha), mengetahui batas normal demi mencegah tamu dari kecanduan pada minuman keras dan atau perjudian, cara untuk menghindari keonaran yang mungkin terjadi, dsb.

3. Sertifikat Massage
Bermula dari kegemaran akan aromatherapy, akhirnya timbul keinginan untuk memadukannya dengan massage alias memijat, demi mencapai tujuan pemulihan kesehatan secara jiwa, raga dan spiritual.
Inipun secara tidak sengaja saya temui saat teman saya merasa tidak enak badan dan akhirnya kami harus turun dari bus agar dia bisa ke toilet sejenak (waktu itu perjalanan pulang dari Casuarina ke city). Sambil menunggu, saya berkeliling di area pertokoan Aralia market dan melihat papan iklan Kxar's 88. Saat membaca tulisan 'training', langsung saja saya masuk ke dalam untuk menanyakan detail harga dan jadwal pembelajaran.
Harganya memang agak tinggi, tapi kalau kita bertekad untuk menjadikannya sebagai profesi, alhasih nilai yang akan kembali akan jauh lebih banyak dari harga pendaftaran.
Lagipula tak ada salahnya berinvestasi pada diri sendiri dengan menambah ilmu yang berguna toh..

© by WP
Cbr 22072017

Debut Karir di Darwin II

BEKERJA DOUBLE JOB

Dua pekerjaan yang saya lakoni adalah hasil dari menyebarkan resume (CV versi pendek, biasanya hanya satu lembar) dari satu tempat usaha ke tempat lainnya. Istilah kerennya 'drop resume door to door'.
Waktu mulai bekerjanya pun nyaris berbarengan, hanya selisih seminggu.
Emang kalau rejeki mah ngga ke mana kali ya..

1. bekerja di Restoran Oka Teppanyaki, Parap

foto diambil dari sudut seberang Parap Village Market
Masa bekerja : 4 November 2016 sampai 11 Maret 2017
Objek : makanan ala Jepang, seperti sushi (gulungan nasi, sehelai nori/rumput laut dan isi di tengahnya), sashimi (irisan ikan mentah), bento, miso soup, takoyaki (bola tepung berisi potongan gurita dan sayur), edamame (kacang kedelai), sukiyaki, terutama teppanyaki. Sayuran, daging, telur dan nasi dimasak di atas meja logam (tentunya ada kompor di bawah) dan si koki akan memasak sambil memamerkan sedikit atraksi juga kemampuan berkomunikasi mereka, misal mengobrol santai, melempar candaan ataupun menggoda anak2 kecil yang datang bersama orangtuanya (kadang ada tamu cilik yang takut terhadap orang asing dan duduk cemberut di meja makan).
Status bekerja sebagai pramusaji atau istilah kerennya "waitress". Awalnya bertugas untuk food running (menyajikan makanan dan minuman yang sudah siap ke meja customer), kemudian lebih banyak bekerja di balik meja bar, alias menjadi "bartender". Tugasnya mempersiapkan minuman yang dipesan oleh para tamu., mulai dari yang paling mudah yaitu membuka tutup botol (misal botol bir: Asahi, Kirin, Heineken, Crown, Cascade premium, dsb), menuang minuman dari botol besar ke gelas (soft drink, juice, sake), mencampur minuman (gin tonic, scotch coke, vodka lemonade, dsb) hingga membuat cocktail ala ala (isinya campuran beberapa bahan dan dikreasikan agar tampak secantik mungkin).
Jobdesc lainnya adalah membersihkan meja makan dan set up kembali, membersihkan area restoran di akhir hari kerja, pun terkadang membersihkan toilet (bergiliran, lihat situasi siapa yang sedang/sudah senggang).
Perlahan tanggung jawab bertambah. Misalnya ikut mengecek stok, mempersiapkan list belanja yang perlu dibeli (terutama stok minuman (soft drink, wine, beer) yang dijual dalam menu), serta merapikan gudang penyimpanan.
Ngga percuma dong pernah kerja sebagai purchaser alias staf pembelian selama hampir 3 tahun, ha..
Meskipun dulu pada masa kuliah pernah menjadi waitress, tapi rasanya agak canggung juga kembali bekerja sebagai waitress setelah sempat jeda bekerja kantoran selama hampir 7-8 tahun. Saking capeknya, di minggu -minggu awal kaki sampai memar2.

2. bekerja di Frontier Hotel
foto diambil dari apt yang sempat saya huni di 96 Woods st
Meskipun sebutannya 'hotel', tapi sebagian besar kamarnya dihuni oleh pegawai dari sebuah perusahaan kongsi konstruksi dan engineering.
Masa bekerja : 10 November 2016 sampai 10 Maret 2017
Di sini saya dipekerjakan di bawah departemen Housekeeping, mengerjakan tiga jobdesc:
a. Housekeeper : merapikan kamar, termasuk mengganti seprei (bed sheet), dusting (mengelap debu dari perabot), membersihkan lantai atau karpet dan juga kamar mandi.
Bila ada yang check out, maka load pekerjaan menjadi lebih banyak, harus lebih detail saat membersihkan kamar, juga memastikan semua complimentary goods (perlengkapan mandi, teh /kopi/gula sachet) tersedia lengkap.
b. Public Area cleaner : membersihkan area bar dan gaming room, mengatur meja dan kursi di halaman luar, membersihkan lobby, resepsionis, back office, Roof Top restaurant dan termasuk toiletnya, serta swimming pool side, mengumpulkan dan membuang sampah
c. Laundry staff : mencuci baju guest (tentu saja dengan mesin cuci), mengeringkan dengan dryer, melipat, menyimpan dalam laundry bag, kemudian mengembalikan ke kamar guest bersangkutan.
Laundry bag berupa kantong jaring dengan label yang yang bisa ditulis nomor kamar, sehingga pada saat proses laundry tidak tertukar dengan pakaian guest lain.
Untuk seprai, sarung bantal, handuk dan sejenisnya akan dikirim ke perusahaan laundry di luaran (sudah ada kerja sama).
Serunya memiliki jobdesc yang berbeda adalah, saat merapikan kamar, kita bisa sekilas melihat tipe seperti apa tamu tsb (lihat dari kerapian kamar, buku yang dibaca, perlengkapan hobi yang dimiliki, stok makanan, ornamen/interior kamar dsb), lalu saat bekerja di laundry bisa sekalian tahu nama dan kurang lebih perawakan si guest.
Kalau beruntung, masih bisa bertemu langsung dengan guest yang ganteng pada saat membersihkan public area, ha..

Meskipun tidak bekerja full time, tapi untungnya kedua pekerjaan ini saling mengisi. Pekerjaan di hotel mengisi jadwal hampir setiap hari di pagi hingga siang hari (sempat bekerja seminggu 6 hari, tapi belakangan berkurang jadi 5 hari saja), dan bekerja di restoran mengisi jadwal akhir pekan di malam hari.
Kadang ada perasaan ingin mendapatkan lebih, tapi rasanya agak malas juga..
Yang penting cukuplah untuk sewa kamar, belanja kebutuhan sehari-hari, dan juga kebutuhan entertainment.

© by WP
Cbr 22072017